Kita kadang dengan sombongnya menghakimi seseorang dari satu sisi saja, dari apa yang bisa dilihat oleh mata saja. Sikap subjektif kita lebih lihai menilai orang dan keobjektifitas menjadi buta ketika melihat apa yang ada pada diri sendiri. Padahal apa yang tak terlihat bukan berarti tak ia lakukan. Bisa saja disatu saat dia terlihat buruk dihadapan kita (atas khilafnya), bisa saja sesungguhnya dia adalah orang yang lebih suka menyembunyikan amal ibadahnya.
Dewasa ini terlihat sekali, bagaimana kita seringkali kita melakukan penghakiman itu. Bahkan parahnya ada beberapa orang yang acapkali men-judge seseorang dengan mudahnya. Padahal apa yang terjadi esok hari adalah perkara gaib. Menjadi apa seseorang dimasa depan tak ada yang tahu. Dan hanya Allah yang mengetahui bagaimana iman seseorang diakhir hayatnya.
Sahabat, ada sebuah kisah yang menarik berkaitan dengan hal ini. Kisah dari seorang wanita Bani Israel yang berprofesi sebagai pelacur di zamannya. Lemahnya ia, khilafnya ia dan segala dosanya diampuni oleh Allah SWT oleh karena satu perbuatan diakhir hayatnya yang mungkin bagi kita perbuatan tersebut adalah sesuatu yang "sepele". Dan kisah wanita penzina ini pun diabadikan dalam sebuah hadits Nabi SAW berikut.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنَّ
امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ
قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا
فَغُفِرَ لَهَا
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245).
Note :
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, terdapat juga kisah yang mirip.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ
بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ
يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا
الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِى كَانَ بَلَغَ مِنِّى. فَنَزَلَ
الْبِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِىَ
فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ». قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِى هَذِهِ الْبَهَائِمِ لأَجْرًا فَقَالَ «
فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ »
“Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
-----------------------------------------------------------------
Sahabat...
Hidup dan mati adalah rahasia Allah. Kita tak pernah tahu bagaimana akhir hidup kita. Kita takkan tahu dalam kondisi seperti apa kita akan menghadap-Nya.
Melacur adalah pekerjaan hina yang melanggar aturan-Nya. Tapi ketika kita melihat pelacur, bukan berarti kita dengan mudahnya menghina dia dan menghakimi ia sebagai ahli neraka. Karena kita tak pernah tahu bagaimana akhirnya, oleh karena itu daripada kita menghakimi ia, akan lebih baik kita menasehati atau paling tidak mendoakannya. Semoga diakhir hidupnya ia mendapat hidayah dan diampuni segala dosa-dosanya.
Hal tersebut karena kita pun mengharapkan akhir yang sama dengan hadits Nabi SAW diatas.....
Khusnol Khotimah, aamiin...