Warning : Artikel ini kemungkinan memuat foto-foto yang bisa menimbulkan trauma bagi sebagian orang. Bila Sahabat merasa takut terhadap darah, anak-anak yang terluka, atau foto-foto yang mengandung unsur kekerasan, disarankan untuk tidak melanjutkan membacanya.
Perang seringkali menjadi kabar duka bagi seseorang, selalu menyisakan tangis bagi banyak orang. Sebagaimana tulisan yang ada pada helm pemuda pada foto diatas, War is Hell. Perang layaknya sebuah neraka yang ada di dunia.
Perang tak hanya merengut jiwa prajuritnya. Kadangkala jiwa-jiwa tak berdosa, yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, harus terengut dan menderita akibat perang. Perang adalah tragedi kemanusiaan. Perang harusnya tak pernah terjadi. Tapi sayangnya inilah peristiwa yang akan selalu terjadi dalam setiap zaman.
Perang tak hanya merengut jiwa prajuritnya. Kadangkala jiwa-jiwa tak berdosa, yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, harus terengut dan menderita akibat perang. Perang adalah tragedi kemanusiaan. Perang harusnya tak pernah terjadi. Tapi sayangnya inilah peristiwa yang akan selalu terjadi dalam setiap zaman.
Berikut beberapa foto-foto paling dramatis yang sempat diabadikan oleh kamera foto dalam tragedi perang yang pernah terjadi dalam sejarah dunia :
1. The Crying Boy Soldier
Remaja dalam foto ini bernama Hans Georg Henke. Dia adalah bagian dari pasukan
Hitler Youth, dimana Adofl Hitler mengumpulkan para pemuda untuk menjadi
bagian dari pasukannya. Foto ini diambil pada tanggal 1 Mei 1945,
sehari sebelum Jerman menyerah.
Foto ini menunjukkan bahwa pria muda
yang tidak mengerti apa-apa ini harus menjadi bagian dari perang yang
mengerikan dan menyiksa. Mentalnya terlalu muda untuk menghadapi kerasnya perang. Dia bahkan tampak terlalu kecil untuk seragam
tentara yang dia kenakan. Pria muda ini tampak menangisi tragedi dan
perang berkepanjangan yang terjadi di negerinya.
2. Shanghai Baby
Seorang fotografer, H.S Wong melihat seorang bayi terlantar dengan muka terluka di rel kereta api pasca kejadian itu. Dia kemudian mendudukkan bayi itu di peron untuk menyelamatkan bayi lainnya. Dia kemudian mengambil foto bayi yang sedang menangis tersebut. Dari foto ini terlihat jelas bagaimana sebuah perang secara nyata telah menghancurkan kehidupan seseorang, bahkan sejak dia bayi.
3. Nagasaki Brother
Foto ini diambil oleh fotografer asal
Amerika Serikat, Joe O’Donnell setelah pengeboman dahsyat di Nagasaki.
Joe menyaksikan langsung semua kejadian mengerikan itu yang membuat dia
menderita depresi di tahun-tahun kemudian. Menurut anak dari Joe, foto
ini adalah foto yang paling mempengaruhi Joe lebih dari foto-foto
lainnya. Bayi yang ada dalam gendongan dalam foto ini telah meninggal.
Sementara sang kakak sedang menggendongnya untuk membawa si adik ke
tempat krematorium (tempat untuk melakukan kremasi) untuk penghormatan terakhir.
Sebelum tubuh adiknya dikremasi, anak
ini berdiri dengan sikap tegak dan hormat, sebagai penghormatan terakhir
bagi adiknya. Dia menolak untuk menangis, meski dia kehilangan anggota
terakhir yang dimilikinya. Seperti sikap seorang ksatria, dia berdiri
tegak, menggigit bibirnya agar tidak menangis.
4. Viet Cong Fighter's Execute
Eksekusi langsung mungkin menjadi pemandangan yang sering terjadi di Vietnam kala itu. Begitu pula dengan foto diatas. Saat Jendral Nguyen Ngoc Loan, kepala kepolisian Vietnam Selatan mulai menarik pelatuk pistol kearah seorang komandan gerilyawan Vietkong, saat itu pulalah fotografer dari Associated Press, Eddie Adam, mengambil foto ini.
Foto ini tak hanya memenangkan penghargaan Pulitzer. Lebih dari itu, foto ini telah mengubah opini masyarakat Amerika terhadap Perang Vietnam, memicu gerakan anti perang dan menginspirasi lahirnya Flower Generation (gerakan anak-anak muda Amerika yang menentang kemapanan dan perang).
Sedangkan bagi sang jendral, foto tersebut telah membuatnya menjadi ikon kekejaman dan ejekan serta penolakan yang selalu menyertainya kemanapun ia pergi sampai akhir hayatnya.
5. Three Dead Americans Lie on the Beach
Eksekusi langsung mungkin menjadi pemandangan yang sering terjadi di Vietnam kala itu. Begitu pula dengan foto diatas. Saat Jendral Nguyen Ngoc Loan, kepala kepolisian Vietnam Selatan mulai menarik pelatuk pistol kearah seorang komandan gerilyawan Vietkong, saat itu pulalah fotografer dari Associated Press, Eddie Adam, mengambil foto ini.
Foto ini tak hanya memenangkan penghargaan Pulitzer. Lebih dari itu, foto ini telah mengubah opini masyarakat Amerika terhadap Perang Vietnam, memicu gerakan anti perang dan menginspirasi lahirnya Flower Generation (gerakan anak-anak muda Amerika yang menentang kemapanan dan perang).
Sedangkan bagi sang jendral, foto tersebut telah membuatnya menjadi ikon kekejaman dan ejekan serta penolakan yang selalu menyertainya kemanapun ia pergi sampai akhir hayatnya.
5. Three Dead Americans Lie on the Beach
George Strock mengambil foto ini pada bulan Februari 1943, tapi dia sadar bahwa ini adalah foto yang akan membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat sehingga baru berani dipublikasikan pada tanggal 20 September 1943. Pada bulan September tersebut, foto ini dan foto-foto mengerikan lainnya dipublikasikan karena Presiden Roosevelt takut masyarakat Amerika tumbuh dengan opini bahwa perang adalah sesuatu yang biasa.
Foto yang memperlihatkan 3 mayat tentara Amerika yang tergeletak di pasir pantai Buna, Papua Nugini ini setelah dipublikasikan membuat shock masyarakat. Kengerian, pengorbanan dari para tentara dan hal-hal yang telah hilang karena perang langsung muncul dalam benak setiap masyarakat Amerika ketika melihat foto ini. Bahkan salah satu koran paling berpengaruh di Amerika, Washington Post, menyatakan bahwa foto ini dapat membantu masyarakat Amerika untuk memahami sesuatu dari apa yang mereka sebut dengan Sacrifice for the Victories.
6. Nanking Massacare
Selama periode Perang Sino-Jepang, terjadi pembantaian terhadap penduduk Nanking, bekas ibukota China, oleh tentara Jepang. Dimulai pada tanggal 13 Desember 1937, selama 6 minggu pendudukan Jepang di kota tersebut, ratusan ribu warga sipil dibunuh oleh Kekaisaran Jepang. Para sejarawan dan saksi memperkirakan jumlah korban yang tewas saat itu berkisar antara 250.000 sampai dengan 300.000 jiwa.
Saat itu sekitar 200.000 tentara Jepang menyerbu Nanking. Menyerang dan membunuh siapapun yang ada di kota tersebut, entah dia tentara China ataupun dia hanya masyarakat biasa. Pembunuhan massal ini pun menjadi salah satu genosida terparah dalam Perang Dunia II. Yang lebih parahnya, bukan saja melakukan pembunuhan, para tentara Jepang kala itu menangkap sekitar 20.000 sampai dengan 80.000 perempuan China, melucuti mereka dan memperkosanya. Oleh karenanya Nanking Massacare sering pula disebut dengan Rape of Nanking atau pemerkosaan Nanking.
Perang Rhodesian. Mungkin kita jarang mendengarnya. Perang ini berlangsung selama 13 tahun antara tahun 1964 sampai dengan tahun 1979. Perang ini merupakan klimaks dari ketegangan sosial antara pendatang baru kulit putih dengan penduduk asli berkulit hitam. Akibat sikap diskriminatif oleh imigran asal Eropa terhadap penduduk kulit hitam membuat konflik ini pecah seperti bom waktu. Bukan saja persamaan derajat yang dituntut, tapi juga kemerdekaan bagi penduduk asli kulit hitam yang mereka inginkan.
Selama perang ini, para gerilyawan seringkali tertangkap oleh tentara Rhodesian. Seorang wartawan J. Ross Baughmann berhasil mengambil foto yang menunjukkan bagaimana ngerinya interogasi yang dilakukan oleh tentara Rhodesian. Para tentara memaksa para gerilyawan malang tersebut melakukan posisi push-up sambil menodongkan pistol ke arah mereka. Para gerilyawan yang melakukan posisi tersebut harus menahan beban tubuh mereka selama mungkin karena siapapun yang pertama jatuh maka dialah yang pertama ditembak.
8. James E. Callahan
War Zone D merupakan tempat yang paling mematikan selama Perang Vietnam. Tempat yang berjarak sekitar 80 Km dari Saigon ini dikenal sebagai tempat persembunyian dari pejuang Vietnam. Ribuan tentara Vietnam bersembunyi disini maka tak heran, baku tembak dan serbuan kejutan sering terjadi di zona ini.
Pada tanggal 17 Juni 1967, anggota medis James E. Callahan terjebak dalam baku tembak di zona tersebut. Baku tembak terjadi antara batalion infanteri mereka dengan pasukan Vietnam yang mencoba menghalau dan mengusir mereka. Selama kurang lebih 3 jam, sekitar 31 orang dan lebih dari 100 orang terluka dari pertempuran tersebut.
Pada saat pertempuran terjadi, seorang fotografer bernama Henri Huet secara jeli melihat momen ini. James E. Callahan sebagai seorang anggota medis mencoba memberikan nafas buatan kepada rekannya yang sekarat tanpa menghiraukan peluru-peluru yang mungkin saja melesat menuju kepalanya.
9. Unintentional Shot
Irak sejak diinvasi oleh Amerika Serikat menjadi tempat yang layaknya sebuah medan perang. Setiap saat suasana menjadi tegang, penuh kekuatiran dan kewaspadaan sehingga apapun yang terjadi menjadi patut dicurigai. Tapi tidak untuk kali ini.
Fotografer Chris Hondros saat itu melihat para tentara sedang mengawasi mobil yang berjalan kmelintas didekat mereka berjaga. Tembakan peringatan pun diluncurkan oleh tentara tersebut tetapi tidak ada respon dari mobil tersebut. Mobil itu malah semakin laju melintas, maka para tentara itu pun langsung menghujani mereka dengan tembakan. Mobil itu akhirnya terguling. Sayup-sayup terdengar suara dari arah mobil tersebut. Suara yang lebih mengerikan daripada suara-suara tembakan dari musuh-musuh mereka.
Ternyata didalam mobil tersebut adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 4 orang anak. Warga sipil dan tanpa ada niatan menyerang. Keluarga tersebut sedang menuju ke rumah mereka dan mereka tidak melihat adanya tentara disekitar mereka karena kamuflase yang dipakai oleh tentara tersebut.
Ketika mendengar suara tembakan peringatan, keluarga tersebut mengira sedang ada baku tembak antara tentara Amerika dengan tentara Irak. Oleh karenanya sang ayah yang menjadi sopir bukannya berhenti tapi malah mempercepat laju mobilnya. Kedua orangtua tersebut tewas ditempat dan keempat anaknya selamat. Chris Hondros pun dengan sigap mengabadikan momen ini untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa satu lagi anak yang menjadi yatim piatu akibat kekejaman perang.
10. The Cemetery
Christian Golczynski, seorang anak berusia 8 tahun dengan posisi tegap sambil menahan air mata yang mengucur dari matanya, menghadiri pemakaman ayahnya. Sang ayah, Sersan Marc Golczynski, telah gugur setelah ditembak saat melakukan patroli di provinsi al-Aanbar, Irak, hanya seminggu sebelum masa tugasnya berakhir.
Seorang prajurit yang melihat ketegaran dalam jiwa Christian langsung memberikan anak tersebut bendera. Penderitaan akan kehilangan sang ayah tidak akan bisa menggantikannya. Tapi dari sana timbul harapan, bahwa Christian menjadi simbol bagi anak-anak lainnya untuk memperlihatkan kekuatan yang besar bagi ribuan anak-anak lain yang juga mengalami nasib yang sama dengannya.
-----------------------------------------------------------------------------------
Sumber : 1 2 3 4
0 comments:
Post a Comment