Dolar naik, BBM naik, bahan sembako ikutan naik, hidup pun semakin sulit...
Indonesia, negara yang kaya sedangkan rakyatnya miskin...
Dimana penguasanya semakin gemuk, sedangkan rakyatnya yang semakin kurus...
Ketidakpedulian, sikap acuh dan keegoisan sudah merajalela
Yang tadinya sifat tersebut hanya ada pada pemimpin korup, sekarang menjangkit sampai ketatanan masyarakat paling bawah...
Kemiskinan makin meluas...
Tapi adakah keprihatinan datang kedalam jiwa kita?
Kita bisa makan enak hari ini..
Tapi adakah kita berpikir ada orang lain yang harus "berpuasa" setiap harinya?
Tanpa sadar kadang kita telah mematikan hati nurani kita ditengah zaman hedonisme ini...
Jiwa kita kelam padahal didekat kita ada pengemis yang untuk makan pagi ini saja tidak bisa...
Kita perlu teladan, kita perlu sosok pemimpin amanah yang bisa kita contoh. Yang bisa melembutkan hati ini. Menjadi harapan bagi rakyatnya.
Dan tersebutlah sosok Khalifah Umar bin Khattab Ra, hadir dalam sejarah dunia sebagai salah satu suri tauladan yang bisa kita ambil pelajaran dari beliau...
--------------------------------------------------------------------------------
Saat itu pusat kekhilafahan, kota Madinah, sedang dilanda krisis. Korban banyak berjatuhan dan jumlah orang-orang miskin terus bertambah. Umar Ra selaku khalifah Kaum Muslim saat itu merasa sangat bertanggung jawab terhadap penderitaan yang rakyatnya hadapi. Langsung saja beliau pun memerintahkan kepada para petugas kekhilafahan untuk menyembelih hewan ternak yang kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat.
Ketika waktu makan tiba, para petugas memilihkan untuk sang khalifah bagian yang menjadi kegemaran beliau sejak dulu, yaitu bagian punuk dan hati unta. Melihat hidangan yang ada dihadapannya, bukannya senang, Umar Ra malah terkejut.
"Dari mana kalian ambil makanan ini?" Tanya Umar.
Mereka pun langsung menjawab, "Dari salah satu hewan yang baru disembelih hari ini"
"Tidak! Tidak!" Kata Umar Ra seraya menjauhkan hidangan itu dari hadapannya. "Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat."
Kemudian Khalifah Umar Ra menyuruh salah seorang sahabatnya, "Angkatlah makanan ini dan ambilkan saya roti dan minyak biasa."
Beberapa saat kemudian makanan yang diminta oleh beliau, dan makanan itupun langsung disantapnya.
Demikian lah kisah yang dipaparkan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Ar-Rijal Rasul. Perhatian dari seorang pemimpin digambarkan dalam kisah ini. Bagaimana seorang khalifah tidak mau apabila dia memakan apa yang harusnya jadi hak rakyat dan tidak tega bila apa yang masuk dalam perutnya tidak sebaik apa yang rakyatnya dapatkan.
Adapula kisah antara Umar Ra dengan seorang ibu bersama anaknya yang menangis kelaparan. Mungkin banyak dari kita yang sudah sering mendengarnya, tapi izinkan aku menceritakannya kembali :
Blusukan dewasa ini begitu akrab ditelinga kita. Tapi sesungguhnya kata blusukan tersebut sudah lama dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Islam. Tak terkecuali Khalifah Umar bin Khattab Ra. Umar Ra ketika rakyatnya telah tidur di gelapnya malam, beliau berkeliling dan menyelusuri setiap sudut-sudut kota Madinah. Beliau ingin memastikan bahwa rakyatnya bisa istirahat dengan nyenyak dan segala kebutuhannya telah terpenuhi.
Sampai pada satu malam, ketika beliau melakukan rutinitasnya setiap malam, beliau tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil.
Sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan rakyatnya, tentu saja suara tangisan anak kecil ditengahnya malam membuat beliau penasaran. Ada apa gerangan?
Beliau pun mencari asal suara tersebut dan beliau dapati sebuah rumah yang sangat sederhana dimana terdapat seorang ibu dengan anaknya. Si ibu terlihat sedang memasak sedangkan anaknya menangis karena kelaparan.
Umar Ra memperhatikan kejadian itu. Setiap sang anak merengek minta makan, si ibu dengan lemah lembut berkata sabar, makanan sebentar lagi siap. Berulang kali sampai akhirnya anak itu tertidur. Tapi ketika anak itu telah tertidur, masakan yang sedang disiapkan oleh ibu tersebut malah dibuang.
Umar Ra yang bingung melihat itu langsung bertanya, "Wahai ibu, anakmu menangis kelaparan tapi ketika anakmu tertidur, engkau malah membuang masakanmu, mengapa kau lakukan hal tersebut?"
"Sebenarnya kami saat ini tidak mempunyai makanan. Yang kumasak ini hanyalah air yang ku isi batu. Kulakukan ini agar anakku menunggu sampai dia tertidur dan lupa akan rasa laparnya." Jawab si ibu tersebut.
Mendengar penuturan sang ibu tersebut, Umar Ra langsung menuju Baitulmal. Beliau langsung mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri membawa gandum tersebut menuju rumah si ibu tadi.
Aslam, ajudan dari Umar Ra tak tega melihat sang khalifah tertatih-tatih membawa karung gandum yang berat tersebut, "Wahai Amirul Mu'minim, biar saya saja yang membawanya."
Umar Ra pun menjawab, "Apakah engkau mau mengantikanku menerima murka Allah SWT akibat kelalaianku membiarkan rakyat kelaparan? Biarkan aku yang memikul karena sesungguhnya ini lebih ringan bagiku dibandingkan siksa Allah SWT di akhirat kelak."
Akhirnya sampailah beliau kerumah ibu tersebut. Beliau pun memasak sendiri gandum tersebut dan meminta sang ibu untuk membangunkan anaknya. Sungguh perasaan lega didalam hati khalifah kita ketika beliau melihat senyum gembira dari sang anak yang akhirnya bisa makan tersebut.
Ketika waktu makan tiba, para petugas memilihkan untuk sang khalifah bagian yang menjadi kegemaran beliau sejak dulu, yaitu bagian punuk dan hati unta. Melihat hidangan yang ada dihadapannya, bukannya senang, Umar Ra malah terkejut.
"Dari mana kalian ambil makanan ini?" Tanya Umar.
Mereka pun langsung menjawab, "Dari salah satu hewan yang baru disembelih hari ini"
"Tidak! Tidak!" Kata Umar Ra seraya menjauhkan hidangan itu dari hadapannya. "Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat."
Kemudian Khalifah Umar Ra menyuruh salah seorang sahabatnya, "Angkatlah makanan ini dan ambilkan saya roti dan minyak biasa."
Beberapa saat kemudian makanan yang diminta oleh beliau, dan makanan itupun langsung disantapnya.
Demikian lah kisah yang dipaparkan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Ar-Rijal Rasul. Perhatian dari seorang pemimpin digambarkan dalam kisah ini. Bagaimana seorang khalifah tidak mau apabila dia memakan apa yang harusnya jadi hak rakyat dan tidak tega bila apa yang masuk dalam perutnya tidak sebaik apa yang rakyatnya dapatkan.
----------------------------------------------------------------------------------
Adapula kisah antara Umar Ra dengan seorang ibu bersama anaknya yang menangis kelaparan. Mungkin banyak dari kita yang sudah sering mendengarnya, tapi izinkan aku menceritakannya kembali :
Blusukan dewasa ini begitu akrab ditelinga kita. Tapi sesungguhnya kata blusukan tersebut sudah lama dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Islam. Tak terkecuali Khalifah Umar bin Khattab Ra. Umar Ra ketika rakyatnya telah tidur di gelapnya malam, beliau berkeliling dan menyelusuri setiap sudut-sudut kota Madinah. Beliau ingin memastikan bahwa rakyatnya bisa istirahat dengan nyenyak dan segala kebutuhannya telah terpenuhi.
Sampai pada satu malam, ketika beliau melakukan rutinitasnya setiap malam, beliau tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil.
Sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan rakyatnya, tentu saja suara tangisan anak kecil ditengahnya malam membuat beliau penasaran. Ada apa gerangan?
Beliau pun mencari asal suara tersebut dan beliau dapati sebuah rumah yang sangat sederhana dimana terdapat seorang ibu dengan anaknya. Si ibu terlihat sedang memasak sedangkan anaknya menangis karena kelaparan.
Umar Ra memperhatikan kejadian itu. Setiap sang anak merengek minta makan, si ibu dengan lemah lembut berkata sabar, makanan sebentar lagi siap. Berulang kali sampai akhirnya anak itu tertidur. Tapi ketika anak itu telah tertidur, masakan yang sedang disiapkan oleh ibu tersebut malah dibuang.
Umar Ra yang bingung melihat itu langsung bertanya, "Wahai ibu, anakmu menangis kelaparan tapi ketika anakmu tertidur, engkau malah membuang masakanmu, mengapa kau lakukan hal tersebut?"
"Sebenarnya kami saat ini tidak mempunyai makanan. Yang kumasak ini hanyalah air yang ku isi batu. Kulakukan ini agar anakku menunggu sampai dia tertidur dan lupa akan rasa laparnya." Jawab si ibu tersebut.
Mendengar penuturan sang ibu tersebut, Umar Ra langsung menuju Baitulmal. Beliau langsung mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri membawa gandum tersebut menuju rumah si ibu tadi.
Aslam, ajudan dari Umar Ra tak tega melihat sang khalifah tertatih-tatih membawa karung gandum yang berat tersebut, "Wahai Amirul Mu'minim, biar saya saja yang membawanya."
Umar Ra pun menjawab, "Apakah engkau mau mengantikanku menerima murka Allah SWT akibat kelalaianku membiarkan rakyat kelaparan? Biarkan aku yang memikul karena sesungguhnya ini lebih ringan bagiku dibandingkan siksa Allah SWT di akhirat kelak."
Akhirnya sampailah beliau kerumah ibu tersebut. Beliau pun memasak sendiri gandum tersebut dan meminta sang ibu untuk membangunkan anaknya. Sungguh perasaan lega didalam hati khalifah kita ketika beliau melihat senyum gembira dari sang anak yang akhirnya bisa makan tersebut.
---------------------------------------------------------------------------
Ada pula sejarah yang mencatat ketika masa kelaparan mencapai puncaknya di daerah Madinah, Amirul Mu'minun Umar bin Khattab Ra pernah disuguhi remukan roti yang dicampur samin. Saat itu ada seseorang dari suku Badui didekat Umar Ra dan tanpa sungkan, Umar Ra mengajaknya untuk makan bersama. Beliau tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum Badui tersebut menyuapkan makanannya terlebih dahulu.
Orang Badui sepertinya sangat menikmati makanan itu. "Tampaknya anda tidak pernah merasakan samin sebelumnya?" Tanya Umar Ra.
"Benar, saya tidak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun." Kata Badui itu. "Bahkan saya juga sudah lama tidak menyaksikan orang-orang memakannya sampai sekarang." Lanjutnya.
Mendengar kata-kata orang dari suku Badui tersebut Umar Ra tersadar bahwa masih ada rakyatnya yang kesulitan makan, apa yang mereka makan tidak seenak yang pemimpinnya makan. Umar Ra pun bersumpah tidak akan makan makanan dari lemak lagi sampai semua orang bisa hidup seperti biasa.
"Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin menjadi orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku kenyang, maka aku ingin menjadi orang terakhir yang menikmatinya." Begitulah perkataan beliau yang diabadikan.
Pada kesempatan lain, sang khalifah ini pernag dihadiahi Gubernur Azerbaijan, Uthbah bin Farqad, berupa makanan lezat yang biasanya hanya disajikan untuk kalangan elit saja. Melihat makanan yang sangat mewah tersebut, Umar Ra segera mengembalikannya. Kepada utusan yang mengantarkan makanan tersebut, Umar Ra berpesan, "Kenyangkanlah terlebih dahulu rakyat dengan makanan yang biasa anda makan."
----------------------------------------------------------------------------
Adakah pemimpin seperti Sayyidina Umar bin Khattab Ra di negeri tercinta kita ini?
Ada?
Sudah pasti pasti ada...
Tapi mereka yang tulus bekerja demi rakyatnya kadang tak terliput media...
Mereka yang tulus bekerja takkan gila popularitas apalagi gila jabatan...
Pemimpin seperti beliau bahkan ada disekitar kita...
Tapi mereka kadang tak berjabatan, tak berpangkat...
Tapi baktinya akan rakyat Indonesia tak perlu diragukan lagi...
Mari kita ikuti tauladan yang sudah ditunjukkan oleh Khalifah Umar Ra sambil berdoa semoga negeri tempat kita berdiam ini dianugerahi Allah SWT dengan pemimpin amanah dan lembut hatinya ketika melihat penderitaan rakyatnya...
Aamiin...
------------------------------------------------------------------------
Sumber
0 comments:
Post a Comment