Tulisan kedua ini merupakan kelanjutan kisah-kisah peperangan dengan taktik perang yang luar biasa jenius setelah fase Rasulullah SAW dan Khulafatur Rasyidin. Dimulai dari Perang Hattin pada zaman Salahuddin Al-Ayyubi sampai dengan perang di masa Daulah Utsmaniyah. Inilah fase peperangan massive dimana terjadi bentrok antara Kaum Muslim dengan Kaum Kristen pada Perang Salib yang berlangsung berabad-abad, persisnya dari abad ke-11 sampai dengan abad ke-13 masehi. Perang pada masa ini memang tidak melulu masalah agama, tapi bisa juga karena masalah kekuasaan atau wilayah. Diantara perang-perang yang terjadi pada era Perang Salib, ada 3 diantaranya yang menjadi perang paling dikenang dan terkenal karena kejeniusan para panglima perang yang membawa kemenangan gemilang dari Kaum Muslim.
5. Perang Hattin - 1187 Masehi
Perang Hattin merupakan salah satu perang terpenting dalam Islam karena dari perang inilah awal mula kembalinya kota penting Yerussalem dalam genggaman Kaum Muslim.
Perang ini dipicu oleh kelakuan semena-mena oleh seorang Baron (raja kecil) bernama Reynald Chattilon yang selalu merampok, menjarah, membunuh dan bahkan membuat serangan terbuka kepada Kaum Muslim. Padahal saat itu ada perjanjian damai antara Kaum Muslim dan Pasukan Salib.
Saat itu pemimpin Kaum Muslim, Salahuddin Al-Ayyubi, tidak serta terpancing emosinya. Orang yang dikenal di dunia Barat dengan panggilan Saladin ini, mengutus dua duta besarnya untuk menyampaikan keberatan atas pelanggaran atas perjanjian damai yang telah disepakati sebelumnya. Namun kedua utusan tersebut tidak diindahkan oleh Reynald Chattilon dan malah mengusir mereka kembali ke ibukota Damaskus. Penghinaan yang dilakukan oleh Reynald Chattilon malah didukung oleh Raja Guy Lusignan. Akibatnya gemuruh genderang peperangan tampaknya tak bisa terelakkan lagi.
Sekitar 20.000 pasukan Muslim dibawah komando panglima perang Salahuddin Al-Ayyubi bergerak menuju Yerussalem. Dalam perjalanannya, pasukan Muslim merebut dan menduduki setiap benteng dan kota milik pasukan Salib tanpa kesulitan yang berarti. Raja Guy Lusignan murka melihat kejadian tersebut dan mengerahkan pasukan besar tentaranya menuju Hattin untuk menghadang laju pergerakan Kaum Muslim. Raymond III penguasa Tripoli saat itu tidak setuju dengan pemikiran Guy Lusignan yang membawa pasukannya menuju Hattin karena Hattin merupakan tanah tandus yang tidak mempunyai sumber air. Guy Lusignan tetap bersikeras bahwa mereka harus menghentikan pasukan Muslim di Hattin. Raymond III tetap berpegang pada pemikirannya dan menarik mundur pasukan kembali ke Tripoli. Pilihan yang tepat karena Hattin akan menjadi arena kekalahan besar bagi pasukan Salib.
Salahuddin Al-Ayyubi adalah seorang ksatria yang cerdas. Mengetahui pergerakan pasukan musuh yang menuju Hattin, Salahuddin memilih untuk menghentikan pasukan di lembah yang terdapat mata airnya. Air menjadi bagian yang vital bagi pasukan yang ingin bertempur di tengah tanah tandus dan kering. Sedangkan Guy Luginan tampaknya luput dalam memikirkan hal tersebut. Membawa pasukannya ke daerah yang tandus dan kering lengkap dengan armor besi yang berat di badan, membuat pasukannya dehidrasi dan melemah.
Battle of Hattin akhirnya menjadi saksi bisu dari salah satu kekalahan paling telak bagi pasukan Salib. Banyak dari mereka yang terbunuh dan banyak dari mereka yang yang ditangkap. Mereka yang tertangkap diperlakukan secara hormat dan adil oleh Salahuddin, terkecuali Reynald Chattilon. Orang ini yang memulai perang ini dan orang yang sudah mengkhianati perjanjian antara Kaum Muslim dan Kristen. Tak ada perlakuan hormat bagi seorang pengkhianat, bahkan Salahuddin sendirilah yang akhirnya menghukum mati orang itu.
Kemenangan mudah Kaum Muslim di Hattin menjadi pintu gerbang untuk kemenangan-kemenangan selanjutnya. Setelah peperangan tersebut Kaum Muslim akhirnya bisa kembali menguasai kota Yerussalem. Bahkan kota-kota lainnya bisa ditaklukan. Keberhasilan gemilang ini membuat invasi pasukan Salib yang sebelumnya gencar dilakukan menjadi terhenti.
6. Pembebasan Konstantinopel - 1453 Masehi
Konstantinopel adalah salah satu kota dari 2 kota yang telah dijanjikan Rasulullah SAW akan menjadi milik Kaum Muslim. Tapi sejak zaman Nabi SAW hingga 8 abad setelahnya barulah kota yang menjadi primadona di zamannya ini dapat dibebaskan. Adalah Sultan Muhammad Al Fatih, seorang pemuda berusia 21 tahun yang dapat memujudkan bisyarah tersebut.
Konstatntinopel bukanlah kota yang sembarangan. Dengan luas wilayah, kedudukan yang strategis, kemegahan arsitekturnya, kota ini dikelilingi oleh benteng dengan tembok yang menjulang tinggi sehingga siapapun yang ingin menguasai kota ini selalu terhalang oleh kokohnya sang benteng. Pertahanan kota ini pun semakin sulit untuk diruntuhkan dengan adanya parit yang dalam mengelilingi kota tersebut. Bahkan pada era tersebut, Konstantinopel dijuluki kota yang paling aman dari invasi.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa sang penakluk Konstantinopel adalah sebaiknya-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka gelar yang sangat mulia itu sangat diidam-idamkan oleh Muhammad Al Fatih. Bahkan dia telah dilatih sejak kecil untuk menjadi pemimpin yang hebat dan membentuk serta melatih pasukan spesial untuk menyerang Konstantinopel. Pasukan yang bukan saja dididik secara militer tapi juga secara Islam ini, dikenal dengan nama Janissary.
Al Fatih sadar bahwa cara konvensional yang telah dilakukan pendahulunya tidak cukup untuk meruntuhkan Great Wall of Constantine. Membentuk pasukan dengan jumlah yang banyak hanya akan mengulangi apa yang dilakukan oleh pendahulunya. Maka untuk menghadapi tembok besar Konstantinopel, dibuatlah meriam super besar yang bertugas untuk meluluh lantakkan tembok tersebut. Meriam super besar untuk meruntuhkan tembok, armada kapal untuk menyerang menyerang dari laut, serta sekitar 250.000 pasukan untuk menyerbu dari darat, maka dimulailah ekspedisi untuk membebaskan Kota Konstantinopel.
Tapi sebutan kota teraman didunia yang disematkan ke Konstantinopel bukanlah tanpa alasan. Segala gempuran yang selalu gagal dari berbagai bangsa sejak berabad-abad silam membuktikan Konstantinopel bukanlah kota yang lemah. Gempuran pasukan Muhammad Al Fatih semuanya bisa dikandaskan. Pasukan daratnya terhenti akibat adanya parit, armada kapal juga terhenti akibat rantai super kuat yang membentang di selat Bosporus sebelum memasuki perairan wilayahnya, bahkan Great Cannon yang menjadi andalan pun gagal. Meriam itu memang bisa menghancurkan tembok tersebut tapi akibat masa reload yang lama, pasukan Konstantinopel bisa memperbaiki tembok yang runtuh sebelum tembakan meriam selanjutnya dilakukan.
Kegagalan-kegagalan ini sempat membuat mental pasukan down, tapi tidak untuk sang Sultan. Untuk menaklukan Konstantinopel dia harus melakukan usaha ekstra dibandingkan pendahulunya, dia harus melakukan strategi yang benar-benar untuk mengalahkan pengalaman peperangan yang sudah dilalui Konstantinopel selama berabad-abad.
Sultan bersama para panglimanya serta gurunya berdiskusi, memikirkan dimana letak kelemahan dari Konstantinopel. Mereka setuju bahwa titik terlemah kota tersebut berada pada sisi kota yang berbatasan dengan laut. Tapi titik harus melalui selat yang apabila ingin dimasuki, mereka harus berhadapan dengan rantai yang menghalangi perjalanan armada kapal dan rantai tersebut mustahil untuk dihancurkan.
Tiba-tiba Muhammad Al Fatih mendapatkan ide. Bukan ide yang biasa karena ini merupakan ide yang "gila" bahkan bagi orang-orang zaman tersebut. Muhammad Al Fatih memerintah apabila armada kapal laut mereka tidak bisa melintasi lautan Konstantinopel, maka bawa kapal-kapal tersebut melalui daratan!!!!
Ya, walaupun terlihat mustahil tapi tak ada satupun dari orang-orangnya yang meragukan perintahnya. Maka pada malam harinya, sebanyak 70 kapal diseret melalui darat menuju wilayah selat Bosporus. Kapal yang mereka seret bukanlah kapal kecil tapi kapal perang. Daratan yang melalui bukanlah daratan datar tapi merupakan perbukitan. Namun sebuah keyakinan yang mendalam untuk menaklukan Konstantinopel membawa mereka melewati batas akal manusia, mereka dapat membawa 70 kapal melalui daratan dalam waktu semalam!!!
Tak ada satupun dari penduduk Konstantinopel yang sadar. Mereka tak bisa mempercayai kapal-kapal perang Kaum Muslim "berlayar" melalui darat, mengubah perbukitan menjadi laksana "gelombang" dan siap menggempur mereka dari titik terlemah benteng. Konstantinopel bisa dikepung, dan melalui satu gempuran yang dahsyat, maka hari ke-54 penyerangan, kota Konstantinopel bisa ditaklukan. Kota yang sangat diidam-idamkan oleh Kaum Muslim sejak 8 abad yang silam ini akhirnya bisa dibebaskan.
7. Perang Mohacs - 1526 Masehi
Perang Mohacs merupakan perang yang terjadi antara Kekhilafahan Utsmani dengan gabungan kerajaan-kerajaan di Eropa. Saat itu Kekhilafahan Utsmani dipimpin oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni yang terkenal dengan sebutan Suleiman the Magnificient. Adapun yang memantik perang ini adalah tindakan dari Raja Hongaria, King Luis II yang membunuh utusan Utsmani ketika akan mengambil jizyah (cukai) atas perintah Vatikan. Tindakan keji tersebut tentu saja membuat Sultan Sulaiman marah dan beliaupun menyatakan peperangan bukan saja kepada Kerajaan Hongaria tapi kepada seluruh Eropa.
Pasukan Utsmani menyiapkan dengan diri dengan membangun pasukan yang terdiri dari 100.000 pasukan yang dilengkapi dengan 350 meriam dan 800 kapal perang. Pasukan Janissary pun disiapkan di garis depan pertempuran. Sedangkan pasukan Eropa yang terdiri dari Hongaria, Rumania, Kroasia, Buhemia, Polandia, Romawi dan negara Kepausan, menyiapkan pasukan tak kurang dari 200.000 pasukan berkuda (kavaleri) dan 35.000 diantara lengkap denga baju besi.
Perjalanan sejauh 1000 Km harus dilalui oleh pasukan Utsmani, dan selama perjalanan itu pula banyak benteng yang direbut mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di Mohacs, daerah lembah yang berada di selatan Hongaria. Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk berhenti di lembah tersebut dan menunggu kedatangan pasukan Eropa di sana. Akhirnya pasukan Eropa menampakkan diri mereka dan pertempuran pun dimulai.
Dalam menghadapi gempuran Eropa yang jumlah lebih banyak, Sulaiman Al-Qanuni membagi pasukannya menjadi tiga barisan sepanjang 10 Km. Janissary diletakkan di garis depan guna menghadapi gempuran langsung pihak musuh. Baris kedua diisi oleh kavaleri dan infanteri (pasukan pejalan kaki) yang dilengkapi dengan persenjataan ringan. Sedangkan baris ketiga adalah beliau dengan pasukan meriam.
Beliau berpesan kepada pasukan Janissary untuk bertahan melawan pasukan musuh selama 1 jam setelah itu mereka mundur. Tapi Janissary ternyata masih terlalu kuat bagi pasukan Eropa, walaupun mereka diminta bertahan, akan tetapi pasukan Janissary berhasil membunuh 20.000 pasukan musuh. Hal ini pun memaksa Eropa mengeluarkan pasukan utama mereka dan sesuai dengan intruksi Sulaiman Al-Qanuni, pasukan Janissary pun menarik diri mereka menuju barisan kedua.
Pasukan Eropa yang melihat formasi pasukan Utsmani terbuka langsung merengsek masuk. Mereka tak menyadari bahwa ini merupakan salah satu strategi brilian Sulaiman Al-Qanuni. Ketika mereka masuk ke jantung pasukan Utsmani, barisan kedua telah siap bertugas menghadang laju kekuatan utama Eropa. Sekitar 100.000 pasukan Eropa akhirnya terjebak dalam lapis kedua pasukan Utsmani.
Ketika laju pasukan Eropa terhenti, maka pasukan meriam yang berada dibaris ketiga mulai membombardir mereka. Meriam-meriam Utsmani tanpa henti menembak ke arah musuh. Pasukan Eropa yang ketakutan dengan gempuran meriam langsung melarikan, akan tetapi dibelakang mereka adalah sungai sehingga banyak diantara mereka yang tewas tenggelam.
Selama 1 jam saja, sekitar 70.000 pasukan Eropa bisa mereka habisi. Dan perang ini pun diakhiri dengan terbunuhnya Raja Luis II. Kemenangan menjadi milik Kekhilafahan Utsmani. Pasukan Utsmani yang gugur dalam perang tersebut hanya 150 orang saja dan hanya 3000 pasukan saja yang terluka. Taktik luar biasa yang diterapkan Sulaiman Al-Qanuni telah membawa pasukannya meraih kemenangan yang gemilang.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikian taktik-taktik paling jenius dari para panglima perang Muslim dari perang-perang yang harus dilalui Kaum Muslim sepanjang zaman. Sungguh tak ada satupun dari kisah ini yang mengisahkan kehebatan seorang panglima Islam selain dia yang taat kepada Allah SWT sehingga dibukakan jalan mereka meraih kemenangan.
Sebelumnya Taktik Perang Paling Jenius Kaum Muslim Bagian Pertama
Sumber : 1 2 3