Adegan dalam kisah fiksi ini mengandung kekerasan, kekejaman dan pembunuhan brutal
Kebijakan dari sahabat sekalian sangat disarankan
(WARNING 21+)
-----------------------
"Wanita itu adalah ibuku? Wanita itu adalah ibuku? Wanita itu adalah ibuku" Berkali-kali Susi mengucapkan kata-kata itu. Histeris.
"Ya... dia adalah ibumu" Laki-laki dengan suara mengerikan itu berbicara kembali.
"Ini bohong kan? Ayah ini bohong kan" Mata Susi menuju ayahnya tapi sang ayah mengalihkan pandangan.
"AYAH!" Teriak Susi.
Teriakan Susi kemudian digantikan oleh tangisannya.
"Ayah" Kata Susi. "Bunda kenapa?" Tanya Susi lagi. Ayahnya sekali lagi menjawabnya hanya dengan suara tangisan.
"Biar aku yang menjawab, gadis manis" Tiba-tiba sosok suara mengerikan itu keluar dari kegelapan.
Susi ketakutan. Sedikit demi sedikit orang itu menampakkan sosoknya. Sosok tinggi besar. Orang itu berwajah menakutkan. Ada guratan kemarahan dalam raut mukanya. Dan dia membawa pisau yang telah berlumuran darah.
Dia mendekat kearah Susi. Dan dibisikkannya sesuatu ke telinga Susi.
"Ibumu sudah aku bunuh"
"TIDAAAAAAAKKK!!" Teriakan Susi memekikkan telinga. Begitu keras. Tapi sosok pria mengerikan itu malah tertawa.
"Gyaha... haha... hahahahahahaha"
Susi menangis. Dia meronta-ronta. Tapi apalah daya, tangan dan kakinya terikat kencang di kursi.
"Bundaaa... bundaaa..." Teriak Susi. "Ayaaaahhh, tolong Susi"
Ayahnya masih sama. Terlihat dia sudah lelah, dia pasrah. Kemudian ayahnya bicara...
"Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kami?" Tanya ayah Susi.
Psikopat itu kemudian membalikkan badan. Berjalan kearah ayah Susi.
"Kenapa katamu?" Tanya orang itu. "Setelah semua ini, kau bilang kenapa?"
Dipegangnya kepala ayahnya Susi. Dihadapkannya dekat dengan wajahnya.
"APA KAU TIDAK INGAT DENGANKU!!!????" Teriaknya dihadapan wajah ayah Susi.
"Ya... dia adalah ibumu" Laki-laki dengan suara mengerikan itu berbicara kembali.
"Ini bohong kan? Ayah ini bohong kan" Mata Susi menuju ayahnya tapi sang ayah mengalihkan pandangan.
"AYAH!" Teriak Susi.
Teriakan Susi kemudian digantikan oleh tangisannya.
"Ayah" Kata Susi. "Bunda kenapa?" Tanya Susi lagi. Ayahnya sekali lagi menjawabnya hanya dengan suara tangisan.
"Biar aku yang menjawab, gadis manis" Tiba-tiba sosok suara mengerikan itu keluar dari kegelapan.
Susi ketakutan. Sedikit demi sedikit orang itu menampakkan sosoknya. Sosok tinggi besar. Orang itu berwajah menakutkan. Ada guratan kemarahan dalam raut mukanya. Dan dia membawa pisau yang telah berlumuran darah.
Dia mendekat kearah Susi. Dan dibisikkannya sesuatu ke telinga Susi.
"Ibumu sudah aku bunuh"
"TIDAAAAAAAKKK!!" Teriakan Susi memekikkan telinga. Begitu keras. Tapi sosok pria mengerikan itu malah tertawa.
"Gyaha... haha... hahahahahahaha"
Susi menangis. Dia meronta-ronta. Tapi apalah daya, tangan dan kakinya terikat kencang di kursi.
"Bundaaa... bundaaa..." Teriak Susi. "Ayaaaahhh, tolong Susi"
Ayahnya masih sama. Terlihat dia sudah lelah, dia pasrah. Kemudian ayahnya bicara...
"Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kami?" Tanya ayah Susi.
Psikopat itu kemudian membalikkan badan. Berjalan kearah ayah Susi.
"Kenapa katamu?" Tanya orang itu. "Setelah semua ini, kau bilang kenapa?"
Dipegangnya kepala ayahnya Susi. Dihadapkannya dekat dengan wajahnya.
"APA KAU TIDAK INGAT DENGANKU!!!????" Teriaknya dihadapan wajah ayah Susi.
Raut ketakutan tak bisa dihilangkan dari wajah ayah Susi. Dia mencoba mengingat-ingat dengan siapa dia berhadapan.
Ayah Susi kemudian menggelengkan kepala.
"INGAT AKU!!!!!" Psikopat itu menghentakkan kursi ayah Susi. Tapi ayah Susi tak bisa mengingatnya. Pikiran dia blank dengan siksaan dan teror dari maniak ini.
"Hahaha... kau tak ingat" Tanya orang itu.
"Tentu kau tidak ingat tapi aku takkan melupakan wajahmu" Kata orang. "Wajah yang telah membunuh anakku"
Deegghh...
"Ta.. tapi.. aku tak pernah membunuh siapapun" Jawab ayah Susi. Dia semakin bingung.
"Tentu kau yang membunuh anakku! Kau yang merengut kehidupannya. Padahal kau bisa menyelamatkannya!" Teriak psikopat itu.
"Kau bisa menyelamatkan anakku yang sakit. Kau harusnya memberikan persetujuan bahwa anakku bisa diobati." Kata-kata orang itu kemudian diselimuti dengan kesedihan.
"Tapi tak kau setujui... padahal dia butuh pertolongan. Perusahaan asuransimu seharusnya bisa menyetujui tapi tak kau lakukan. Semua rumah sakit menolak merawat anakku"
"Dia mati... dan kemudian istriku bunuh diri"
Psikopat itu terduduk dihadapan ayah Susi. Ayah Susi terdiam. Dia gemetar.
"Aa.. aku... aku tak bermaksud begitu" Kata ayah Susi terbata. Tersadar dia berhadapan dengan seseorang yang penuh dengan dendam amarah karena ketamakannya menolak memberikan asuransi kepada orang lain.
Pria itu kemudian berdiri. Dipandanginya wajah ayah Susi dengan penuh kemarahan.
"Aku minta maaf" Katanya. "Akan ku berikan apapun, kau mau uang? Silahkan ambil sepuasmu. Apapun yang kau minta akan ku berikan" Lanjutnya.
"Apapun?" Tanya pria itu.
"Ya apapun. Apa saja, tinggal kau sebutkan" Jawab ayah Susi.
Orang itu kemudian tertawa.
Lebih keras dari sebelumnya.
Ayah Susi kemudian menggelengkan kepala.
"INGAT AKU!!!!!" Psikopat itu menghentakkan kursi ayah Susi. Tapi ayah Susi tak bisa mengingatnya. Pikiran dia blank dengan siksaan dan teror dari maniak ini.
"Hahaha... kau tak ingat" Tanya orang itu.
"Tentu kau tidak ingat tapi aku takkan melupakan wajahmu" Kata orang. "Wajah yang telah membunuh anakku"
Deegghh...
"Ta.. tapi.. aku tak pernah membunuh siapapun" Jawab ayah Susi. Dia semakin bingung.
"Tentu kau yang membunuh anakku! Kau yang merengut kehidupannya. Padahal kau bisa menyelamatkannya!" Teriak psikopat itu.
"Kau bisa menyelamatkan anakku yang sakit. Kau harusnya memberikan persetujuan bahwa anakku bisa diobati." Kata-kata orang itu kemudian diselimuti dengan kesedihan.
"Tapi tak kau setujui... padahal dia butuh pertolongan. Perusahaan asuransimu seharusnya bisa menyetujui tapi tak kau lakukan. Semua rumah sakit menolak merawat anakku"
"Dia mati... dan kemudian istriku bunuh diri"
Psikopat itu terduduk dihadapan ayah Susi. Ayah Susi terdiam. Dia gemetar.
"Aa.. aku... aku tak bermaksud begitu" Kata ayah Susi terbata. Tersadar dia berhadapan dengan seseorang yang penuh dengan dendam amarah karena ketamakannya menolak memberikan asuransi kepada orang lain.
Pria itu kemudian berdiri. Dipandanginya wajah ayah Susi dengan penuh kemarahan.
"Aku minta maaf" Katanya. "Akan ku berikan apapun, kau mau uang? Silahkan ambil sepuasmu. Apapun yang kau minta akan ku berikan" Lanjutnya.
"Apapun?" Tanya pria itu.
"Ya apapun. Apa saja, tinggal kau sebutkan" Jawab ayah Susi.
Orang itu kemudian tertawa.
Lebih keras dari sebelumnya.
----------- bersambung ---------
0 comments:
Post a Comment