Dalam Bahasa Indonesia, ada yang disebut dengan Peyorasi, yaitu pergesaran makna pada suatu kata yang membuat kata tersebut menjadi kurang baik atau tidak enak didengar dibandingkan dengan kata sebelumnya. Contohnya adalah kata mampus yang terasa lebih kasar dan tidak enak didengar dibandingkan dengan kata meninggal.
Dan contoh-contoh kata-kata Peyorasi dalam kehidupan sehari-hari masih banyak lagi dan bahkan mungkin sudah tergeser maknanya tanpa kita sadari.
Tapi ada 1 kasus pergeseran makna yang tampaknya menarik dan harus kita bahas. Hal tersebut dikarenakan kasus pergeseran makna ini bisa memecah bangsa, merusak kerukunan dan mencederai semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Kasus tersebut adalah penggunaan kata "KAFIR"
----------------------------------------------------
Akhir-akhir ini, terutama semenjak suhu politik di negara kita semakin menghangat, semakin sering pula kita membaca ataupun mendengar kata Kafir. Sayangnya adalah kebanyakan dari mereka tidak tahu atau salah kaprah terhadap kata Kafir. Terutama di medsos, entah itu FB, twitter, IG ataupun yang lainnya, banyak orang-orang yang menyebut kata Kafir. Yang menjadi pertanyaan, seberapa dalam pemahaman kita ketika menggunakan kata tersebut?
Mari lihat foto dibawah ini...
Itu foto saya ambil di google, entah siapa yang membuatnya, yang pasti saya kasihan dengan pembuat. Dia benar-benar salah kaprah!
Dari kalimat-kalimat di foto atas, seberapa jeleknya nilai Bahasa Indonesia waktu sekolah, pastilah menyadari bahwa ada upaya pergeseran makna terhadap kata Kafir. Seakan-akan kata Kafir adalah kata hinaan, pelecehan bahkan dibilang ujaran kebencian. Padahal sama sekali bukan.
Sejatinya Kafir sama saja dengan Non Muslim. Tapi ketika penggunaan kata Kafir disebut dengan penghinaan, maka boleh jadi kata Kafir sudah mengalami Peyorasi.
--------------------------------------------
Mari kita bahas makna Kafir itu sendiri.
Kafir berasal dari bahasa Arab ka-fa-ra, yang artinya menutup. Ini berarti Kafir adalah sebutan untuk orang yang menutup. Sebelum Islam, istilah Kafir
digunakan untuk menyebut petani di Arab. Kenapa? Karena pekerjaan petani adalah menutup benih yang ditanam dengan tanah.
Sejak era Islam-lah kemudian didefinisikan untuk orang-orang yang menutup kebenaran dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dari sini jelas bahwa orang-orang yang disebut dengan Kafir adalah konsekuensi dari pilihannya yang mengingkari kebenaran Islam. Tidak kurang tidak lebih.
Kafir sendiri dibagi oleh tiga golongan : disebut Kafir Harbi ketika ia memusuhi Umat Islam dan wajib diperangi, Kafir Mu'ahad ketika ada perjanjian antara ia dan Umat Islam sehingga tidak ada yang saling serang, dan yang ketiga disebut Kafir Dzimmi yaitu mereka yang tunduk dalam pemerintahan Islam dan wajib untuk dilindungi serta diperlakukan adil sebagaimana Kaum Muslim itu sendiri.
Kafir sendiri dibagi oleh tiga golongan : disebut Kafir Harbi ketika ia memusuhi Umat Islam dan wajib diperangi, Kafir Mu'ahad ketika ada perjanjian antara ia dan Umat Islam sehingga tidak ada yang saling serang, dan yang ketiga disebut Kafir Dzimmi yaitu mereka yang tunduk dalam pemerintahan Islam dan wajib untuk dilindungi serta diperlakukan adil sebagaimana Kaum Muslim itu sendiri.
Lalu kenapa ada orang yang marah-marah ketika dibilang Kafir?
Atau ada teman yang bilang, "Jangan bilang Kafir, tapi non muslim saja"
Seakan-akan kata itu adalah sebuah kata pelecehan.
Tidak ada unsur penghinaan atau pelecahan dalam kata Kafir. Status Kafir tidak menggugurkan kewajiban kita untuk berlaku baik kepadanya. Seperti kata Ustadz Felix Siauw, "Pun orangtua saya, dalam pandangan syariat ya sebutannya kafir. Hanya,
apakah itu membatalkan kewajiban lain dari Allah bagi mereka? Birrul
walidain? berbakti dan memuliakan mereka? Tidak"
-------------------------------
Kita harus bijak.
Kafir adalah adalah sebutan bagi kita Kaum Muslim, kepada mereka yang menolak kebenaran Islam. Kata itu ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Mereka Non Muslim tentu tidak percaya dengan isi kitab suci kita, sehingga logikanya adalah mereka (seharusnya) tidak percaya pula dengan istilah Kafir.
Maka kita seharusnya juga bijak dalam menempatkan kata Kafir. Setiap agama mempunyai istilah bagi kaum yang menolak kebenaran agama versi mereka. Contohlah Kristen yang menyebut kaum Non Kristen dengan Domba Yang Tersesat.
Sekarang saya bertanya, pernahkah anda mendengar seorang Kristen yang bijak menyebut anda yang muslim dengan sebutan Domba Yang Tersesat?
Saya tidak pernah.
Saya rasa mereka yang bijak hanya menggunakan istilah itu ditengah kaum mereka, ditengah forum mereka. Kenapa? Karena mereka sadar kita tak percaya dengan agama mereka dan tentu (harusnya) kita tak percaya pula dengan istilah yang ada dalam agama mereka.
Penggunaan kata Kafir secara sembarangan sedikit banyak telah menyumbangkan peran kenapa kata tersebut diidentikkan dengan kata penghinaan atau pelecehan. Menyebut Non Muslim didepan matanya dengan kata Kafir tentu tidak bijak. Menjadi masalah juga ketika ada orang-orang yang sengaja ingin mengeserkan kata Kafir itu sendiri. Siapa orang-orang tersebut? Ya banyak, terutama di medsos. Tak perlu saya sebut siapa orangnya. Saya sedang tidak ingin mempromosikannya.
Saya punya banyak kawan yang Non Muslim. Mereka Kafir karena mereka tidak mempercayai Allah SWT itu tuhan dan Muhammad SAW adalah rasulnya. Tapi saya tak pernah menyebut mereka dihadapan mereka dengan kata Kafir.
Bagaimana dengan anda?
-----------------------------------------
Sumber : 1 2
0 comments:
Post a Comment