Wednesday, December 22, 2021

Apa Itu Stunting Dan Peran Orangtua Dalam Pencegahannya


Apa itu stunting?

Pertanyaan diatas tampaknya menjadi salah satu pertanyaan yang paling banyak ditanyakan diakhir-akhir ini. Hal tersebut karena tampaknya permasalahan stunting menjadi focus utama dari Pemerintahan Indonesia. Stunting sendiri diartikan sebagai gangguan pertumbuhan akibat kurangnya kebutuhan dan asupan gizi anak secara kronis/terus menerus. Stunting juga dapat diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh anak akibat kekurangan gizi kronis. Stunting pada umumnya didiagnosa apabila grafik pertumbuhan tinggi anak (utamanya dibawah 2 tahun) yang berada dibawah -2 standar deviasi pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dari anak tersebut.

(Contoh Grafik Pertumbuhan Anak Perempuan yang Stunting)


 

Secara kasat mata, anak yang stunting akan memiliki panjang/tinggi badan yang lebih pendek untuk ukuran anak sebayanya berdasarkan jenis kelaminnya. Akan tetapi, anak yang pendek belum tentu stunting, tetapi anak stunting sudah pasti pendek. Akibat dari stunting sendiri bukan saja panjang/tinggi anak yang menjadi pendek, tetapi juga menurunkan kemampuan kognitif dan psikomotorik anak, kekebalan tubuh yang lebih lemah sehingga gampang sakit, serta IQ yang lebih rendah. Dampak jangka panjangnya, akan meningkatkan risiko diabetes ketika dewasa, kanker dan penyakit degenerative lainnya. Anak stunting juga ketika dewasa akan kesulitan menerima pelajaran dan lebih susah mendapatkan pekerjaan yang ideal.

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi anak stunting berkisar pada angka 37,2%. Riset terbaru, menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting, tapi secara umum masih 1 dari 3 Indonesia mengalami stunting. Hal inilah mengapa, Pemerintah Indonesia sangat intens dalam upaya penurunan stunting. Targetnya pada tahun 2030, angka stunting harus bisa turun menjadi 14% dan itu perlu upaya ekstra dari semua pihak.

Penyebab stunting sendiri bisa dibagi menjadi 2, yaitu faktor spesifik dan faktor sensitive dengan penjelasan sebagai berikut :

1.      Faktor Spesifik

Yaitu faktor yang menyebabkan langsung pada kejadian stunting. Faktor ini diantaranya adalah asupan makanan yang kurang secara kuantitas maupun kualitas, infeksi, status gizi ibu pada hamil dan menyusui, penyakit menular dan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Faktor ini mempengaruhi 30% dari penyebab terjadinya stunting.

2.      Faktor Sensitif

Yaitu faktor yang tidak berhubungan langsung terhadap stunting tetapi sangat berperan dalam penyebab stunting. Faktor ini berperan 70% dalam upaya intervensi stunting. Peran dari seluruh lapisan masyarakat pun menjadi kata kunci dalam faktor ini. Yang termasuk dalam faktor sensitive diantaranya adalah :

a)     Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih

b)    Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.

c)     Melakukan fortifikasi bahan pangan.

d)    Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).

e)     Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

f)      Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).

g)     Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.

h)    Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.

i)       Memberikan pendidikan gizi masyarakat.

j)       Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.

k)    Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.

l)       Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

 

Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Stunting

Anak yang sehat dan bertumbuh kembang yang optimal pastilah menjadi harapan setiap orangtua. Tidak ada satupun orangtua yang mengharapkan anaknya tumbuh menjadi stunting. Akan tetapi tingkat pendidikan, akses informasi dan kesibukan masing-masing orangtua membuat intervensi pencegahan stunting menjadi tidak optimal. Anggapan bahwa anak stunting hanya terjadi pada keluarga prasejahtera/miskin, maka anggapan itu tidak selalu benar karena juga banyak ditemukan anak stunting pada keluarga yang secara ekonomi berada pada menengah keatas.

Oleh karenanya peran orangtua sangat penting dalam upaya pencegahan stunting. Peningkatan pengetahuan orangtua sehingga bisa menerapkan pola asuh yang benar akan sangat berperan dalam upaya pencegahan stunting. Bila orangtua dapat menerapkan pola asuh yang baik, maka kemungkinan anaknya menjadi stunting akan sangat jauh menurun.

Bila upaya dalam pencegahan stunting dikenal dengan upaya pemenuhan gizi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), maka upaya pencegahannya menjadi diperluas ke masa pra konsepsi. Istilah 1000 HPK sendiri menggambarkan pemenuhan gizi pada 9 bulan masa kehamilan dan 2 tahun usia pertama anak tersebut. Tetapi upaya pemenuhan gizi, terutama gizi ibu pada pra konsepsi juga perlu diperhatikan. Oleh karenanya, perlu disiapkan kepada calon pengantin dan calon orangtua. Kondisi gizi pada catin perempuan dan ibu sebelum merencanakan kehamilan sangat penting untuk bisa dipenuhi.

Adapun pemenuhan gizi yang diperlukan untuk dipenuhi sebelum menyiapkan kehamilan dan dimasa kehamilan diantaranya adalah :

1)      Asam Folat

Merupakan salah satu gizi yang sangat penting dalam masa kehamilan untuk mencegah kecatatan pada anak. Sumber dari asam folat diantaranya adalah produk olahan susu seperti yogurt dan keju

2)      Zat Besi

Dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, pertumbuhan plasenta, memperluas volume sel darah merah ibu, dan sebagai cadangan zat besi dalam darah yang akan hilang selama melahirkan. Jika tubuh kekurangan zat besi, tubuh akan semakin rentan mengalami anemia. Sementara itu, anemia dan kekurangan zat besi sangat berkaitan erat dengan penurunan kapasitas tubuh dan sistem kekebalan tubuh. Makanan yang menjadi sumber zat besi, antara lain daging merah, daging ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, gandum, dan sayuran berdaun hijau, seperti bayam, brokoli, kale, lobak hijau, sawi hijau, dan sebagainya.

3)      Kalsium

Dikenal sebagai gizi yang baik untuk kesehatan gigi dan tulang, tapi kalsium ternyata menjadi salah satu nutrisi yang sebaiknya dipenuhi sejak sebelum hamil. Manfaat nutrisi yang dikonsumsi sebelum hamil ini adalah untuk pertumbuhan gigi dan tulang bayi saat hamil nanti. Jika tubuh kekurangan nutrisi yang satu ini, tubuh akan memberikan kalsium dari tulang dari sang ibu untuk membantu pertumbuhan janin. Rekomendasi asupan kalsium untuk wanita adalah 1000 miligram per hari, setara dengan tiga gelas susu atau produk susu lainnya. Kalsium dapat ditemukan dalam susu, yogurt, keju, salmon, sarden, dan nasi

4)      Yodium

Termasuk salah satu nutrisi atau zat gizi yang sebaiknya sebelum dan selama hamil. Pasalnya, yodium dibutuhkan saat hamil untuk membantu perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Kekurangan yodium saat hamil menimbulkan banyak risiko bagi bayi, seperti kerusakan otak dan cacat mental. Sebelum hamil, wanita direkomendasikan untuk mengonsumsi asupan yodium sebesar 150 mcg per hari. Sumber makanan yang mengandung yodium adalah produk susu, telur, seafood (terutama yang berasal dari laut atau air asin).

5)      Asam Lemak Omega 3

Nutrisi lain yang sebaiknya dipenuhi oleh seorang wanita sebelum hamil adalah asam lemak omega-3. Wanita membutuhkan banyak asam lemak omega-3 saat hamil. Asam lemak omega-3 ditransfer dari ibu ke janin melalui plasenta untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Asam lemak omega-3 dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf pusat, otak, dan retina pada janin. Asupan asam lemak omega-3 yang mencukupi ketika hamil berhubungan dengan perkembangan bayi setelah lahir. Sumber asam lemak omega 3 yang paling baik adalah ikan dan minyak ikan. Namun, hindari ikan dengan kandungan merkuri yang tinggi, seperti ikan hiu, ikan todak, dan ikan marlin. Kandungan merkuri tinggi pada ikan dapat membahayakan sistem saraf pada janin.

6)      IMT

Perempuan yang pendek dan memiliki indeks massa tubuh yang kurang (<18,5 kg/m2), berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi dalam kehamilan seperti, berisiko melahirkan prematur, bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir yang rendah, dan perkembangan dan pertumbuhan anak yang terganggu. Anak yang lahir dengan berat badan yang rendah memiliki risiko tinggi mengalami kematian pada awal kelahiran dan meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2 ketika usia dewasa.  Sedangkan perempuan yang memiliki IMT yang berlebih, yaitu > 30 kg/m2 atau mengalami obesitas, dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang besar dan berisiko mengalami obesitas pada usia anak dan berbagai penyakit degeneratif ketika dewasa.

7)      LILA (Lingkar Lengan Atas)

Pengukuran LILA adalah cara pengukuran untuk dilakukan untuk mengetahui status gizi dan apakah seseorang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) atau tidak. Tidak seperti berat badan yang dapat berubah dalam waktu yang cepat, ukuran LILA seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk berubah. Karena itu LILA digunakan untuk mengukur status gizi masa lampau. Batas nilai normal yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk pengkuran LILA yaitu 23,5 cm. Jika seorang wanita atau ibu hamil memiliki LiLA kurang dari 23,5 cm maka dianggap status gizinya kurang dan mengalami KEK.

PERAN AYAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

Dalam upaya pencegahan stunting, tidak saja diperlukan peran sang ibu. Peran ayahpun sangat penting karena sebagai orangtua, kerjasama dan komunikasi dari keduanya harus selalu terjalin. Ayah dalam hal ini memiliki peranan yang besar untuk membangun kedekatan dengan sang anak. Sehingga peran ayah tidak hanya dalam urusan pemenuhan nafkah dan perlindungan, tapi dalam pola asuh anak juga harus terlibat

Berbagai peran penting ayah dalam upaya pencegahan stunting diantaranya adalah sebagai berikut ini :

1.      Ayah harus bisa menjadi figur memberikan perlindungan di keluarga sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman didalamnya

2.      Ayah harus ikut serta secara aktif dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak

3.      Ayah harus memastikan ibu hamil mendapatkan asupan protein hewani yang cukup, zat gizi yang cukup berupa, lauk pauk, sayur dan buah, dalam porsi yang dibutuhkan.

4.      Ayah harus menjadi suami siaga selama kehamilan dan masa menyusui agar ibu dan anak mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang paripurna

5.      Perilaku yang tidak baik, seperti merokok harus dihilangkan karena beberapa penelitian telah menunjukkan ada hubungan kebiasaan merokok dengan penyebab anak stunting. Merokok didekat anak akan menyebabkan anak mudah sakit yang mengakibatkan proses penyerapan gizi anak menjadi berkurang. Merokok didalam ruangan/rumah walaupun tidak didekat anak juga harus dihindarkan, karena zat karsinogenik pada asap rokok bisa menempel pada dinding dan permukaan lainnya yang bisa bertahan berjam-jam dan masih ada kemungkinan dihirup oleh anak.

6.      Anak yang dekat dengan ayahnya terbukti dimasa depannya menjadi lebih mandiri, percaya diri dan mempunyai kestabilan emosi yang lebih baik.

PARA ORANGTUA, AYO IKUT POSYANDU BALITA DAN BKB

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah wahana masyarakat yang berada di desa/kelurahan dimana tujuan adanyan posyandu tersebut agar akses pelayanan dasar bagi orangtua dan balita semakin dekat ke masyarakat. Dibawah ini adalah beberapa kegiatan posyandu yang bisa diakses oleh masyarakat :

1.      Program Kesehatan Ibu Hamil

Meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemantauan gizi. Tak hanya pemeriksaan, ibu hamil juga dapat melakukan konsultasi terkait persiapan persalinan dan pemberian ASI. Ibu hamil juga bisa mendapatkan vaksin TT untuk mencegah penyakit tetanus Setelah melahirkan, ibu juga bisa mendapatkan suplemen vitamin A, vitamin B, dan zat besi yang baik dikonsumsi selama masa menyusui, serta pemasangan alat kontrasepsi (KB) di posyandu.

2.      Program Kesehatan Anak

Pada program ini meliputi pengukuran fisik anak berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku Kartu Menuju Sehat (KMS).

3.      Program Keluarga Berencana

Pelayanan KB di posyandu umumnya diberikan oleh kader PPKBD dan Sub PPKBD dalam bentuk pemberian kondom dan pil KB. Sedangkan, suntik KB hanya dapat diberikan oleh tenaga puskesmas. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih, posyandu juga dapat dilakukan pemasangan IUD dan implan.

4.      Program Imunisasi

Imunisasi wajib merupakan salah satu program pemerintah yang mengharuskan setiap anak usia di bawah 1 tahun untuk melakukan vaksinasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan, yaitu imunisasi hepatitis B, polio, BCG, campak, dan DPT-HB-HiB.

5.      Pemberian Makanan Tambahan

Dalam program ini, pengelola posyandu bersama dengan kader menyediakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita yang usianya telah diatas 6 bulan. PMT ini dengan menggunakan bahan yang tersedia dilingkungan sekitar dan bervariasi. PMT ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti MPASI atau dalam upayan penambahan berat badan, akan tetapi sebagai sarana bagi orangtua untuk membuat dan menirunya dirumah.

Selain Posyandu, wadah kemasyarakatan lainnya yang perlu diikuti adalah kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Kelompok ini merupakan wahana peningkatan pola asuh dan pemantauan perkembangan anak yang dilakukan oleh kader dengan sasaran 0-6 tahun. Media yang digunakan adalah Kartu Kembang Anak (KKA) untuk mengetahui perkembangan gerak kasar, gerak halus, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan dan kemampuan anak dalam menolong diri sendiri.

(Contoh Kartu Kembang Anak)

Pada umumnya, untuk klasifikasi posyandu balita yang lebih tinggi, kegiatannya akan holistik integratif dengan BKB. Sehingga selain dilakukan intervensi kepada anak balita yang bersangkutan terutama untuk pertumbuhannya, juga dimonitor perkembangannya melalui BKB. Dalam BKB pun juga akan diajarkan kepada orangtua oleh kadernya dalam hal pengasuhan dan peningkatan pola asuh agar bisa dilatih dan diterapkan dalam keluarga masih-masing

 

KESIMPULAN

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang sangat ini menjadi focus perhatian pemerintah. Stunting bisa dicegah baik secara intervensi spesifik maupun secara intervensi sensitive. Perlu kerja keras dari semua pihak agar prevalensi stunting bisa diturunkan karena kualitas bangsa akan sangat berpengaruh apabila banyak anak Indonesia yang mengalami stunting.

Akan tetapi paling utama adalah peran orangtua didalamnya, karena dalam hal pengasuhan anak, baik ibu maupun ayahnya sangat berperan penting. Adanya sinergi peran dari ibu dan ayahnya akan membuat pola asuh menjadi optimal sehingga pemenuhan kebutuhan dasar anak menjadi terpenuhi. Begitu pula kepedulian orangtua untuk mengikuti kegiatan posyandu dan BKB di daerah masing-masing agar pengetahuan orangtua bertambah, tumbuh kembang anak juga terpantau. Dengan melakukan ini, maka insyaAllah, kedepannya upaya pencegahan stunting dari keluarga semakin adekuat.