Wednesday, January 25, 2017

25Th January - Hari Gizi Dan Makanan


Gizi erat kaitannya dengan zat-zat yang terdapat pada makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Makanan yang kurang atau gizinya tidak seimbang ketika dikonsumsi akan menimbulkan berbagai masalah hingga berakibat menjadi penyakit pada tubuh manusia itu sendiri.

Seorang bijak pernah berkata, "Kita adalah apa yang kita makan."

Kalimat diatas berarti luas dan dalam yang ingin menyampaikan pesan bahwa makanan yang kita makan akan mempengaruhi diri kita sendiri. Kita makan makanan sehat bergizi maka kita pun akan sehat. Sebaliknya, bila kita suka makan junk food, hmmmm bukankah akan membuat diri kita banyak "junk".

Hari ini kita memperingati Hari Gizi dan Makanan. Bagaimana? Sudahkan bergizi dan baik makanan yang kita konsumsi?
Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi.
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/15021300004/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html#sthash.jIEoRaYV.dpuf
Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi.
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/15021300004/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html#sthash.jIEoRaYV.dpuf
Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi.
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/15021300004/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html#sthash.jIEoRaYV.dpuf

Monday, January 23, 2017

Pembantaian Massal Sadis Yang Pernah Terjadi Di Indonesia



"Manusia adalah binatang terkejam"

Mungkin ada benarnya perkataan dari Friedrich Nietzsche diatas. Sebagai rantai makanan teratas dan dengan segala kelebihannya terhadap binatang lain, manusia itu kejam. Bahkan terkejam. Karena mereka tidak hanya bertindak kejam terhadap makhkluk lain, bahkan kepada sesamanya pun mereka tak segan berlaku kejam.

Sejarah dunia membuktikan itu. Sepanjang usia bumi ini, entah sudah berapa kali terjadi peristiwa Genosida dan Pogrom. Pada Abad I kita temui peristiwa pembantaian Helvetia oleh Julius Caesar. Kemudian pembantaian Suku Indian di Amerika oleh pendatang Eropa. Pembantaian Suku Kurdi, masyarakat Yahudi dan pembantaian Rwanda juga tercatat oleh sejarah. Bahkan pembantaian kejam terhadap etnis Rohingya dan warga Palestina masih terjadi hingga detik ini.

Tak terkecuali Indonesia. Memang tak banyak yang mengetahui Pembantaian Massal Sadis Pernah JugaTerjadi Di Indonesia, terkecuali pembantaian oleh PKI terhadap berbagai tokoh pada masa silam. Alangkah sayangnya kita sebagai generasi penerus bangsa, tak mengetahui berbagai peristiwa mencekam yang pernah melanda negara kita. Kita harus tau, karena dari sana paling tidak kita bisa mencegah hal yang sama akan terjadi di masa depan.

Berikut Pembantaian Massal Sadis Yang Pernah Terjadi Di Indonesia :

1. Pembantaian Ethnis Tionghoa (1740 M)


Dikenal juga sebagai Geger Pacinan atau Tragedi Angke. Pembantaian ini dipicu oleh ketidakadilan yang dialami oleh pedagang Tionghoa dimana mereka dibebani oleh pajak yang sangat tinggi dari pemerintah (saat itu VOC). Pedagang Tionghoa pun melancarkan aksi unjuk rasa sebagai bentuk penolakan. Dari sana timbullah kekacauan. Ini diperparah dengan jatuhnya harga gula pada saat itu hingga akhirnya memicu kerusuhan pada tanggal 7 Oktober 1970, dimana ratusan warga Tionghoa membunuh sekitar 50 tentara VOC.

Desas desus kekejaman etnis Tionghoa dengan cepat menyebar dan membuat kepanikan dimasyarakat. Etnis lain yang saat itu juga bermukim di Batavia kemudian merasa keamanan mereka terancam sehingga mereka bertindak diluar batas dengan memburu dan membunuh setiap etnis Tionghoa yang mereka temui serta membakar rumah mereka. Diperkirakan lebih dari 10.000 warga Tionghoa pada saat itu dibantai.

2. Peristiwa Mandor (1944 M)


Merupakan peristiwa pembantaian yang terjadi di Mandor, Kalimantan Barat oleh tentara Jepang pada zaman kolonial Jepang. Peristiwa ini dipicu oleh kecurigaan pihak Jepang terhadap para tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kalimantan Barat sedang menyusun pemberontakan bekerja sama dengan para pejuang di Kalimantan Selatan.

Untuk meredam rencana tersebut, pihak Jepang melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh yang ikut serta pada rencana aksi tersebut. para tentara Jepang itu mendobrak dan menculik para target sasarannya. Akan tetapi bukan hanya para cendekiawan atau para tokoh masyarakat yang diburu, tetapi juga rakyat biasa bahkan meraka yang tidak tahu apa-apa juga diburu.

Tindakan pihak tentara Jepang ini kemudian melewati batasnya dengan melakukan pembantaian terhadap siapapun yang dirasa mengganggu agenda mereka ditanah Kalimantan. Menurut data yang ada, peristiwa ini merengut warga Mandor lebih dari 20.000 orang.

3. Pembantaian Westerling (1946 - 1947 M)


Pembantaian Westerling adalah sebutan untuk persitiwa Genosida ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda pimpinan Raymond Westerling. Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 1946 hingga Februari 1947 selama operasi yang disebut dengan Counter Insurgency (Penumpasan Pemberontakan).

Sejak Indonesia merdeka, tampaknya memang Belanda tidak ingin negara yang dulu mereka jajah ini tenang dengan kehidupannya sendiri dengan damai. Pihak Belanda masih berkeinginan meredam semangat kemerdekaan rakyat Indonesia. Dan salah satu tindakan tersadis yang pernah dicatat adalah tindakan agresif tentara Belanda dengan menyingkirkan selama-lamanya pihak-pihak yang merongrong keberadaan pihak Belanda di Indonesia. Dikabarkan lebih dari 40.000 warga dibunuh secara sadis ditengah lapangan terbuka dalam operasi kejam tentara Belanda ini.

-----------------------------------------------

Dan masih banyak lagi.

Entahlah bagi mereka, seberapa berharga nyawa manusia sehingga peristiwa-peristiwa diatas terjadi dan masih terjadi diberbagai pelosok dunia. Harusnya mengharga nyawa manusia tak berdosa adalah hak utama yang harus dijaga oleh setiap insan manusia.

Semoga persitiwa-persitiwa di atas bisa menjadi pengingat kita betapa rusaknya dunia tanpa perdamaian dan semoga kita bisa mewariskan dunia tanpa pembantaian umat manusia apapun etnisnya apapun agamanya, kepada anak cucu kita kelak.

Aamiin...
Sumber : 1 2 3

Sunday, January 15, 2017

Salah Kaprah Istilah Kafir


Dalam Bahasa Indonesia, ada yang disebut dengan Peyorasi, yaitu pergesaran makna pada suatu kata yang membuat kata tersebut menjadi kurang baik atau tidak enak didengar dibandingkan dengan kata sebelumnya. Contohnya adalah kata mampus yang terasa lebih kasar dan tidak enak didengar dibandingkan dengan kata meninggal.

Dan contoh-contoh kata-kata Peyorasi dalam kehidupan sehari-hari masih banyak lagi dan bahkan mungkin sudah tergeser maknanya tanpa kita sadari.

Tapi ada 1 kasus pergeseran makna yang tampaknya menarik dan harus kita bahas. Hal tersebut dikarenakan kasus pergeseran makna ini bisa memecah bangsa, merusak kerukunan dan mencederai semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Kasus tersebut adalah penggunaan kata "KAFIR"

----------------------------------------------------

Akhir-akhir ini, terutama semenjak suhu politik di negara kita semakin menghangat, semakin sering pula kita membaca ataupun mendengar kata Kafir. Sayangnya adalah kebanyakan dari mereka tidak tahu atau salah kaprah terhadap kata Kafir. Terutama di medsos, entah itu FB, twitter, IG ataupun yang lainnya, banyak orang-orang yang menyebut kata Kafir. Yang menjadi pertanyaan, seberapa dalam pemahaman kita ketika menggunakan kata tersebut?

Mari lihat foto dibawah ini...


Itu foto saya ambil di google, entah siapa yang membuatnya, yang pasti saya kasihan dengan pembuat. Dia benar-benar salah kaprah!

Dari kalimat-kalimat di foto atas, seberapa jeleknya nilai Bahasa Indonesia waktu sekolah, pastilah menyadari bahwa ada upaya pergeseran makna terhadap kata Kafir. Seakan-akan kata Kafir adalah kata hinaan, pelecehan bahkan dibilang ujaran kebencian. Padahal sama sekali bukan.

Sejatinya Kafir sama saja dengan Non Muslim. Tapi ketika penggunaan kata Kafir disebut dengan penghinaan, maka boleh jadi kata Kafir sudah mengalami Peyorasi.

--------------------------------------------

Mari kita bahas makna Kafir itu sendiri.

Kafir berasal dari bahasa Arab ka-fa-ra, yang artinya menutup. Ini berarti Kafir adalah sebutan untuk  orang yang menutup. Sebelum Islam, istilah Kafir digunakan untuk menyebut petani di Arab. Kenapa? Karena pekerjaan petani adalah menutup benih yang ditanam dengan tanah.

Sejak era Islam-lah kemudian didefinisikan untuk orang-orang yang menutup kebenaran dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dari sini jelas bahwa orang-orang yang disebut dengan Kafir adalah konsekuensi dari pilihannya yang mengingkari kebenaran Islam. Tidak kurang tidak lebih.

Kafir sendiri dibagi oleh tiga golongan : disebut Kafir Harbi ketika ia memusuhi Umat Islam dan wajib diperangi, Kafir Mu'ahad ketika ada perjanjian antara ia dan Umat Islam sehingga tidak ada yang saling serang, dan yang ketiga disebut Kafir Dzimmi yaitu mereka yang tunduk dalam pemerintahan Islam dan wajib untuk dilindungi serta diperlakukan adil sebagaimana Kaum Muslim itu sendiri.

Lalu kenapa ada orang yang marah-marah ketika dibilang Kafir?
Atau ada teman yang bilang, "Jangan bilang Kafir, tapi non muslim saja"
Seakan-akan kata itu adalah sebuah kata pelecehan.

Tidak ada unsur penghinaan atau pelecahan dalam kata Kafir. Status Kafir tidak menggugurkan kewajiban kita untuk berlaku baik kepadanya. Seperti kata Ustadz Felix Siauw, "Pun orangtua saya, dalam pandangan syariat ya sebutannya kafir. Hanya, apakah itu membatalkan kewajiban lain dari Allah bagi mereka? Birrul walidain? berbakti dan memuliakan mereka? Tidak"

-------------------------------

Kita harus bijak.

Kafir adalah adalah sebutan bagi kita Kaum Muslim, kepada mereka yang menolak kebenaran Islam. Kata itu ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Mereka Non Muslim tentu tidak percaya dengan isi kitab suci kita, sehingga logikanya adalah mereka (seharusnya) tidak percaya pula dengan istilah Kafir.

Maka kita seharusnya juga bijak dalam menempatkan kata Kafir. Setiap agama mempunyai istilah bagi kaum yang menolak kebenaran agama versi mereka. Contohlah Kristen yang menyebut kaum Non Kristen dengan Domba Yang Tersesat.

Sekarang saya bertanya, pernahkah anda mendengar seorang Kristen yang bijak menyebut anda yang muslim dengan sebutan Domba Yang Tersesat?

Saya tidak pernah.
Saya rasa mereka yang bijak hanya menggunakan istilah itu ditengah kaum mereka, ditengah forum mereka. Kenapa? Karena mereka sadar kita tak percaya dengan agama mereka dan tentu (harusnya) kita tak percaya pula dengan istilah yang ada dalam agama mereka.

Penggunaan kata Kafir secara sembarangan sedikit banyak telah menyumbangkan peran kenapa kata tersebut diidentikkan dengan kata penghinaan atau pelecehan. Menyebut Non Muslim didepan matanya dengan kata Kafir tentu tidak bijak. Menjadi masalah juga ketika ada orang-orang yang sengaja ingin mengeserkan kata Kafir itu sendiri. Siapa orang-orang tersebut? Ya banyak, terutama di medsos. Tak perlu saya sebut siapa orangnya. Saya sedang tidak ingin mempromosikannya.

Saya punya banyak kawan yang Non Muslim. Mereka Kafir karena mereka tidak mempercayai Allah SWT itu tuhan dan Muhammad SAW adalah rasulnya. Tapi saya tak pernah menyebut mereka dihadapan mereka dengan kata Kafir.

Bagaimana dengan anda?

-----------------------------------------

Sumber : 1 2

Monday, January 9, 2017

Kisah Perang Kemerdekaan 2 Januari 1949 Di Nagara Daha



Nagara Daha mempunyai sejarah panjang yang umurnya sendiri bahkan lebih tua dari umur republik ini. Berawal dari tahun 1478 M, berdirilah sebuah kerajaan Hindu bernama Kerajaan Nagara Daha. Kerajaan ini adalah kerajaan kuat dalam perdagangan yang menyelusuri sungai sebagai andalannya. Kelak, kerajaan tersebut akan bermetamorfosa menjadi Kesultanan Banjar, salah satu pusat peradaban di pulau Kalimantan. Sekarang Nagara Daha telah menjelma menjadi kota yang terletak di 3 Kecamatan, yaitu Daha Selatan - Daha Utara - Daha Barat, yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.

Sejarah mencatat Nagara adalah tempat dimana lahir banyak pemuda-pemuda yang tak gentar melawan kedzaliman. Masyarakat dengan semangat juang tinggi dan pemberani. Tempat dimana kobaran api perjuangan selalu menyala. Dan salah satu tinta emas perjuangan masyarakat Nagara yang akan selalu dikenang adalah perjuangan mereka dalam Perang Kemerdekaan 2 Januari 1949.

Awal Mula Kisah

Sejak zaman dahulu lintas perhubungan antara Nagara dan Banjarmasin lebih banyak dilakukan melewati jalur sungai. Jalur perhubungan yang relatif lebih aman dan mudah dibanding lewat darat. Hal tersebut membuat ruang mobilitas orang-orang pergerakan di Nagara lebih terbuka dalam menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh di Banjarmasin.

Setelah Jepang menyerah, tentaranya yang semula ditempatkan di Nagara ditarik ke Kandangan. Di bekas asrama tentara Jepang yang terletak di kampung Tambak Bitin, 25 September 1945, dilangsungkan pertemuan para pemimpin pergerakan di daerah Nagara. Menyikapi berita kemerdekaan yang telah diperoleh, dibentuklah suatu badan bernama PPRIM (Panitia Persiapan Republik Indonesia Merdeka). Badan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan dan melancarkan jalannya perjuangan serta pemerintahan.

PPRIM dipimpin oleh M. Umar Rasjid dan Barak Djuhri, dilengkapi dengan penulis, bendahara, pembantu-pembantu, bidang agama, keamanan, pemuda dan propaganda/penerangan.
Selain membentuk PPRIM, juga dibentuk KNI (Komite Nasional Indonesia) Daerah Nagara. Ketuanya adalah M. Tauran dan Wakil Ketua M. Umar Rasjid.

Pada bulan Oktober 1945 atas prakarsa PPRIM, dilakukanlah pengibaran bendera Merah Putih dan dikumandangkan nyanyian Indonesia Raya di halaman kantor Kyai Wedana M. Yusran. Bersama dengan 40 orang lainnya, inilah tonggak awal mula pengambilalihan kekuasaan di Nagara sejak Jepang diusir dari tanah Kalimantan. Kemudian eskpedisi pertama beranggotakan 9 orang yang diutus oleh Bung Tomo, tiba di Nagara dan membentuk pemerintahan. Kesembilan orang tersebut adalah H. Ahmad selaku ketua, H. burhan, H. Asnawi, H. Maran, Jambran, Jaderi, Atu dan Abdul Manaf yang semuanya warga Nagara serta H. Muradi yang berasal dari Amuntai.

Mereka semua bersama dengan para pejuang setempat berunding dan mengupayakan untuk mengantisipasi invasi dari pihak luar yang bisa merusak kemerdekaan, dalam hal ini adalah antisipasi terhadap kedatangan pasukan Belanda. Walaupun suhu politik mulai memanas, namun kondisi di Nagara sendiri relatif tenang hingga tahun 1947. Walaupun tentara Belanda sudah masuk ke Nagara, tetapi keberadaan mereka belum menyulut konflik dengan masyarakat kecuali hanya insiden-insiden kecil.

Pada akhir tahun 1948, residen Belanda di Banjarmasin, AG Deelman, mengirim tokoh diplomasi Belanda bernama Vaan der Plaas ke Nagara. Kedatangan diplomat Belanda tersebut bermaksud untuk membujuk ulama besar Nagara, KH. Muhammad Djaktar, agar "menjinakkan" masyarakat Nagara saat itu dengan harapan masyarakat tidak melakukan pemberontakan. Segala macam suap juga diikutsertakan dalam diplomasi tersebut, termasuk diantaranya pemberian jabatan, uang dan mobil mewah. Bujuk rayu tersebut tentu saja ditolak oleh KH. Djakfar dengan halus.

Meletusnya Perang

Perang terbuka dengan Belanda di Nagara pada mulanya terjadi karena seorang pejuang, Alidin, pada tanggal 2 Januari 1949 dipanggil oleh Polisi Kilat Belanda untuk menyerahkan senjata-senjata yang kelak akan diserahkan kepada pasukan republik. Ternyata Belanda malah berkhianat dengan menangkap Alidin karena dianggap mengorganisir perlawan rakyat terhadap Belanda. Mengetahui hal tersebut, Pambakal Arpan (orangtua Alidin) mengomandoi para pemuda untuk berkumpul di desa Hamayung dan melakukan penyerangan ke markas Polisi Kilat Belanda di desa seberang sungai, Tambak Bitin. Tak kurang puluhan ribu rakyat ambil bagian dalam penyerbuan itu, bukan hanya rakyat Nagara yang hadir, akan tetapi pemuda-pemuda dari daerah sekitar juga turut serta berhadir. Turut serta dalam pertempuran ini pelatih kemiliteran dan penghubung markas ALRI Divisi IV (A) pertahanan Kalimantan, Lambran Ladjim. Beliau memimpin pasukan dari desa Pakan Dalam yang langsung berhadapan dengan pasukan Belanda di Tambak Bitin.

Walau saat itu rakyat Nagara mempunyai peralatan perang yang kalah canggih dan banyak dibandingkan kubu musuh, akan tetapi semangat jihad mereka tetap berkobar. Hanya sedikit senjata api yang saat itu mereka punyai, sisanya berjuang dengan pedang, tombak dan mandau. Walaupun kalah modern, tetapi peperangan tidak berat sebelah. Peperangan bahkan berlangsung dari waktu Ashar hingga Subuh menjelang.

Akan tetapi penyerbuan tersebut tidak sukses. Para pejuang gagal mengambil alih Tambak Bitin dari Belanda. Diduga kegagalan tersebut dikarenakan pejuang yang bertugas untuk memutus kabel telepon tidak berhasil sehingga pihak Belanda masih bisa melakukan komunikasi dan dapat meminta bantuan. Para pejuang Nagara saat itu memutuskan mundur untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak. Tidak diketahui pasti berapa jumlah korban yang gugur pada saat itu, baik dari pihak pejuang Nagara ataupun dari pihak Belanda.

Dampak Peperangan 2 Januari

Walau peperangan yang terjadi di Nagara tidak berakhir tuntas dengan kemenangan dipihak pejuang, akan tetapi dampaknya sangat signifikan terhadap perjuangan selanjutnya.

Memang semenjak peperangan tersebut, pihak Belanda semakin beringas dengan menangkapi semua orang yang dianggap berbahaya. Bahkan Belanda juga sampai merampas harta benda pihak-pihak yang diduga sebagai penyandang dana para pejuang. Akan tetapi rakyat tidak tinggal diam. Mereka juga melakukan perlawanan dengan memblokade ekonomi Belanda dengan cara tidak melakukan segala aktivitas jual beli dengan Belanda.

Begitu juga didaerah lain. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan semakin gigih dilakukan di berbagai daerah. Para pejuang banyak belajar dari peristiwa 2 Januari 1949 di Nagara. Perlawanan-perlawanan gencar yang dilakukan oleh rakyat Kalimantan Selatan tentu saja membuat lelah pihak Belanda. Hingga pada akhirnya pada tanggal 2 September 1949, Belanda mengajukan gencatan senjata dan bersepekata untuk melakukan pengambilalihan kekuasaan dari pihak Belanda kepada pemerintah Indonesia.

Dengan ini Belanda pun terusir dari Indonesia.

Nagara Sekarang

Dengan kemajuan teknologi dan semakin modernnya dunia sekarang, banyak yang lupa siapa yang membuat kita bisa hidup tenang sekarang. Banyak yang terlena dengan hingar bingar gemerlapnya dunia. Banyak yang tersesat.

Padahal tempat kita berpijak ini dulu diperjuangkan oleh para pahlawan kita dengan darah dan nyawa. Tujuan mereka hanya satu, mengusir siapapun penjajah dari bumi pertiwi agar anak cucu mereka kelak bisa hidup dengan damai.

Oleh karena pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dimana wilayah Nagara berada, secara rutin menyelenggarakan upacara peringatan Perang Kemerdekaan 2 Januari 1949 di Desa Hamayung, Daha Utara.

Bupati HSS Drs. H. Achmad Fikry Menyampaikan Sambutan Pada Upacara Peringatan Perang 2 Januari 1949 di Hamayung

Tujuan dari semua itu agar kita, generasi yang memegang masa depan negara ini, tidak lupa dengan sejarah kita. JAS MERAH. Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah.

Dan mari kita isi kemerdekaan ini dengan semangat pembangunan, semangat gotong royong. Karena negara ini tak bisa tegak berdiri hanya oleh satu orang, tapi oleh semua orang.

Wassalam.

-----------------------------------------

Sumber : 1 2 3

Sunday, January 8, 2017

Tokoh-Tokoh Terkenal Dengan Kumis Nyentriknya


Cowok kumisan itu terlihat cowok banget!!!
Tapi percayalah, diantara cowok-cowok yang manly banget dengan kumisnya, ada tokoh-tokoh terkenal dengan kumis nyentriknya yang tak bisa disamai oleh cowok-cowok lainnya dari seluruh dunia.
Mungkin karena model kumis itu sudah sangat melekat dengan karakter mereka kali ya?

Penasaran siapa saja mereka, cek daftarnya dibawah ini :

1. Salvador Dali


Pelukis surealis ini menjadi salah satu pelukis terpenting sepanjang sejarah seni lukis. Om Dali ini cinta banget sama kumis nyentriknya, bahkan dia mengaku bahwa kumisnya seperti dua penjaga yang berdiri tegak menjaga pintu masuk ke dirinya yang sebenarnya. Berarti siap-siap kehilangan jati diri nih kalo kumis nyentriknya dicukur.

2. Adolf Hitler


Pria kelahiran Austria ini dikenal sebagai diktator Jerman di masa Perang Dunia II. Walaupun terlihat lucu dengan kumis nyentriknya, jangan pernah main-main sama cowok ini. Hiiih ngeri.

3. Charlie Chaplin


Profil
Sir Charles Spencer Chaplin, Jr lahir di London di tahun yang sama dengan Hitler yaitu 1889. Kumis nyentriknya yang kotak memang sengaja dibentuk seperti itu sebagai parodi dari Adolf Hiltler. Ada-ada aja ulah seniman nyentrik ini. Ngeliat Charlie Chaplin sendiri malah jadi ingat komedian kita Jojon ya?

4. Hulk Hogan


Profil
Bagi pecinta Pro Wrestling pasti tau dong siapa beliau ini? Secara dia udah banyak banget penghargaannya di bidang gulat, salah satunya yaitu memegang 14 kali World Championship. Keren ya? Nah, Om ini mempunyai ciri khas yaitu kumis nyentrik tebalnya yang berwarna putih dan memanjang hinga dagu, kayak membentuk huruf "u" terbalik. Btw Om om... om mirip deh sama Shirohige.

5. Pak Raden


Profil
Drs. Suyadi atau mungkin dikenal dengan sebutan Pak Raden dalam serial unyil memang sudah dari lama menjadi seniman. Bahkan serial Unyil sengaja beliau ciptakan untuk mendidik anak-anak Indonesia di tahun 80-an. Yang bikin inget sama Pak Raden ini adalah kumisnya. Kumisnya melintang tebal, begitu pula dengan alisnya. Apalagi Pak Raden ini selalu menggunakan baju Beskap Jawa sebagai identitasnya juga. Keren ya!

---------------------------------

Sumber

Tuesday, January 3, 2017

Mengenal Ar Rayah & Al Liwa - Panji & Bendera Islam


"Panji peperangan (Rayah) Rasul SAW berwarna hitam, sedang Liwa-nya (bendera) berwarna putih."
(HR. Thabrani, Hakim dan Ibn Majah)

Banyak kesalahpahaman yang terjadi ditengah masyarakat. Banyak yang menyangkan panji hitam dan bendera putih ini bukan dari Islam. Mungkin ada beberapa yang menyangka ini sama saja dengan bendera ISIS, atau ada pula yang menyangka ini benderanya Hizbut Tahrir. Akibat kesalahpahaman ini, maka acap kali para pemegang panji dan bendera ini di fitnah dan didiskriminasikan.

Untuk meng-clear-kan masalah ini, mari kita bahas satu per satu. Ada beberapa yang menyebutkan bahwa bendera ISIS berdasarkan dari stempel surat resmi dari Nabi SAW. Mari kita bandingkan :


Ini adalah bendera resmi ISIS


Dan ini adalah stempel Rasulullah SAW (sumber).

Mirip? Ya memang mirip. Amat disayangkan memang karena kelompok teroris ini, maka simbol yang sangat lekat dengan Islam menjadi tercoreng. Simbol dengan tulisan tauhid seperti diatas, secara tak resmi sudah menjadi "hak milik" kelompok teroris ISIS.

Sepanjang sejarah, sebenarnya bukan ISIS saja yang menggunakan. Berbagai kelompok teroris seperti Al-Qaeda dan Boko Haram juga tercatat pernah menggunakan simbol resmi ini.

Inilah yang terjadi bila tak ada "penjaga" yang bisa melindungi simbol-simbol Islam dari penistaan. Bebasnya penggunaan dan klaim sepihak dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang membuat bendera dengan tulisan tauhid dicap sebagai bendera teroris.

Lalu bagaimana dengan Hizbut Tahrir. Mari kita lihat simbol resmi mereka :


Hizbut Tahrir sendiri adalah partai (hizb) Islam yang menginginkan tegaknya Khilafah Islamiyah dimuka bumi dengan harapan Islam bisa diterapkan secara kaffah dalam kehidupan. Penggunaan simbol ini mereka gunakan sejak tahun 1953an. Boleh dibilang, panji hitam dan bendera putih yang Hizbut Tahrir gunakan adalah yang paling mirip dengan zaman Rasulullah SAW.

Hal ini bisa kita lihat pada riwayat: 

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas meriwayatkan: “Rasulullah saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yangukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih”.


Inilah panji dan bendera yang selalu berkibar sepanjang sejarah tegaknya Islam di bumi Allah ini. Dahulu setiap muslim penuh harap merekalah yang akan memegang panji dan bendera ini dalam setiap peperangan dengan musuh Islam.

Setiap musuh yang melihat putihnya Liwa dan panji-panji hitam Rayah, mereka akan ketakutan, kaki mereka akan melemas dan tekad mereka tiba-tiba surut. Karena dua ini, adalah simbol-simbol Islam yang akan menemani kaum muslim dalam kemenangan yang gemilang.

Akan tetapi, kaum Muslim sendiri seakan asing dengan simbol Islam ini. Tak ada kebanggaan ketika melihat panji dan bendera ini berkibar. Ada ketakutan ketika melihat panji dan bendera ini diusung orang lain.

Maka tugas kita lah untuk mengenalkan kepada saudara-saudara kita, inilah panji dan bendera kaum Muslim. Inilah Ar Rayah dan Al Liwa.

Inilah simbol kehebatan Islam dan kebanggaan bagi mereka yang memegangnya setinggi langit.

----------------------------------------

Sumber : 1 2

Monday, January 2, 2017

Resolusimu Untuk Tahun 2017?


Tahun baru?
Ngga ada yang baru?
Ngga ada yang berkesan?
Sedih?

Well, kalau tahun barumu terasa tidak meninggalkan kesan apa-apa, ingatlah tahun baru Masehi hanyalah 1 dari ratusan sistem kalender yang ada didunia.
Jadi, 1 Januari 2017 milikmu hanyalah satu diantara tahun baru yang ada didunia!!!

Intinya sih, jangan terlalu terbawa suasana dengan tahun baru ini. Karena sesungguhnya waktu itu abstrak. Menjadi indah karena kita yang memperindahnya dan menjadi sedih karena kita mengacaukannya.

Tapi memang tahun baru ini sendiri bagiku agak berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila tahun sebelum-belumnya, aroma duniawi dan tindakan sia-sia amat sangat terasa, maka ditahun ini ada yang berbeda. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang suka hura-hura dengan menghamburkan uang, oleh karenanya aku amat sangat jarang keluar ketika tahun baru.

Tetapi di tahun baru kali ini acara peringatan tak lagi hura-hura. Ditempatku sendiri Banjarmasin, momen pergantian tahun diisi dengan shalawat massal yang dilaksanakan di pusat kota yang dihadiri langsung oleh walikota Ibnu Sina.
Dan menurut kabar bukan cuma di Banjarmasin, tetapi juga di Amuntai, Kandangan dan kota-kota lainnya di Kalimantan Selatan juga melakukan hal yang sama.

Bagaimana dengan kota-kota didaerah lain?
Aku kurang beitu tahu, tapi sepertinya acara pergantian tahun yang diisi dengan acara kembang api dan bakar-bakar duit lainnya sudah tidak terlalu laku lagi ya?

Yang aku rasa, banyak daerah dan banyak masyarakat memulai tahun barunya dengan kegiatan yang lebih agamis.

Well well well. Rasanya tahun 2017 udah memulai resolusinya yah :D

Dan bagaimana denga kita? Apa resolusi kita untuk tahun ini?
Apakah masih ada keinginan atau target tahun 2016 yang belum tercapai?

Apapun itu, kita sendirilah yang paling tahu. Tapi kalau ada pesan yang boleh ku sampaikan ke sahabat-sahabat sekalian, tak elok rasanya, tak afdol rasanya bilamana resolusi kita tak menyangkut dalam ranah keimanan.

Buat apa kita sukses di tahun 2017 dengan pekerjaan tapi sholat kita kacau....

Buat apa omzet dagangan kita naik di tahun  2017 tapi Al-Qur'an tak lagi disentuh...

Buat apa liburan keluar negeri tapi mesjid tak lagi didatangi...

Buat apa kesuksesan duniawi yang kita kejar tapi malah menjauhkan kita kepada yang abadi.... akhirat tempat dimana kita akan berpijak setelah tak lagi disini...

Jadi marilah sahabat...
Sebagaimana kita awali 2017 dengan baik, maka kita isi pula yang baik. Tak hanya untuk dunia, tapi juga untuk akhirat...

Sehingga hingga bisa menggapai sebenar-benarnya resolusi...

Kandangan, 3 Januari 2017