Friday, June 23, 2017

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H


Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa hukum mengucapkan selamat hari raya? Lalu adakah ucapan tertentu kala itu?”

Beliau rahimahullah menjawab, “Ucapan selamat ketika hari raya ‘ied dibolehkan. Tidak ada ucapan tertentu saat itu. Apa yang biasa diucapkan manusia dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung kesalahan (dosa).”

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa hukum jabat tangan, saling berpelukan dan saling mengucapkann selamat setelah shalat ‘ied?” 

Syaikh rahimahullah menjawab, “Perbuatan itu semua dibolehkan. Karena orang-orang tidaklah menjadikannya sebagai ibadah dan bentuk pendekatan diri pada Allah. Ini hanyalah dilakukan dalam rangka ‘adat (kebiasaan), memuliakan dan penghormatan. Selama itu hanyalah adat (kebiasaan) yang tidak ada dalil yang melarangnya, maka itu asalnya boleh. Sebagaimana para ulama katakan, ‘Hukum asal segala sesuatu adalah boleh. Sedangkan ibadah itu terlarang dilakukan kecuali jika sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya’” (Sumber)

Demikian sahabat-sahabatku sekalian...
Maka dengan rasa syukur setelah selesainya ibadah kita selama bulan Ramadhan, izinkanlah saya mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minkum.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah.

Thursday, June 22, 2017

Review Film - The Green Mile (1999)


"Like the drink, only not spelled the same"

Siapa yang berani meragukan novel-novel karya Stephen King? Karya-karya yang pernah dibuatnya selalu saja menimbulkan kesan yang baik bagi penikmat film. Sebut saja The Shining (1980), Children of the Corn (1984), atau film yang dianggap sebagai film terbaik yang pernah dibuat, Shawshank Redemption (1994).

Dan siapa pula yang meragukan akting seorang Tom Hanks? Dua kali penghargaan sebagai Aktor Terbaik yang ia terima pada tahun 1993 melalui film Philadelphia dan ketika tahun 1994 melalui film fenomenal yang berjudul Forrest Gump, sudah cukup membuktikan dirinya adalah salah satu aktor kelas wahid dimasanya.

Maka bayangkan aktor yang dianggap sebagai yang terbaik di era 1990'an mendapatkan peran utama dari sebuah novel yang juga dikarang oleh penulis fenomenal di era tersebut. Tentu lah kepastian sebuah mahakarya berbentuk film yang hadir dibenak kita. Dan semua itu terwujud ketika  sebuah film yang tayang pada tahun 1999 silam, yang berjudul The Green Mile.

*Warning... Spoiler Alert

--------------------------------------------------------------------------

Sinopsis singkat :

The Green Mile adalah kisah yang menceritakan tentang seorang sipir bernama Paul Edgecomb (diperankan Tom Hanks) yang ditugaskan menjaga Blok E yang merupakan blok dimana narapidana hukuman mati menunggu waktu eksekusi mereka. Paul bekerja bersama rekan-rekannya lainnya yaitu Brutus "Brutal" Howell (David Morse), Dean Stanton (Barry Pepper), Harry Terwilliger (Jeffrey DeMunn) serta si tukang pembuat masalah Percy Wetmore (Doug Hutchison). Tugas mereka adalah menjaga narapidana (utamanya psikologis mereka) sebelum mereka semua dieksekusi di kursi listrik yang dijuluki Old Sparky. Sedangkan Green Mile sendiri adalah sebutan untuk lantai berwarna hijau yang menjadi jalan narapidana sebelum memasuki ruangan dimana Old Sparky berada.


Film ini berlatar belakang masa kelam Amerika Serikat yang terkenal dengan sebutan Depresi Besar. Dengan latar belakang itu maka tak heran, penghuni Blok E ini pun menjadi beraneka ragam dengan latar belakang kejahatan yang beragam pula. Bagi Paul dan yang lainnya, pekerjaan ini berjalan normal seperti biasanya. Dengan diselingi kelakuan semena-mena yang dilakukan oleh si bebal dan si sombong Percy, tapi bagi mereka, tugas untuk menjaga narapidana berjalan dengan lancar dan tanpa masalah berarti.

Tetapi semua berubah ketika suatu hari, Blok E kedatangan narapidana baru bernama John Coffey (diperankan oleh Michael Clarke Duncan). Sosok kulit hitam dengan tubuh luar biasa besar ini (hampir setinggi 2 meter), awalnya dikuatirkan menjadi ancaman keamanan bagi petugas di Blok E. Selain tubuhnya yang seperti raksasa, anggapan kulit hitam yang pada masa itu masih dianggap bermasalah, juga karena vonis hukuman mati yang dijatuhkan karena dia terbukti dipengadilan telah membunuh 2 orang anak perempuan.


Namun anggapan semua itu salah. Bahkan sosok John Coffey malah dianggap "polos" dan mempunyai kecendurungan tidak pernah melakukan kejahatan sebelumnya.

Pada akhirnya, hidup John Coffey memang harus berakhir di kursi listrik Old Sparky. Tetapi sebelum hal itu terjadi, rahasia menakjubkan pada sosok John Coffey akan membuat semua orang tercenang dan fakta bukan ia yang membunuh 2 anak perempuan tersebut akan membuat banyak orang menitikkan air mata dipenghujung film ini.

-------------------------------------------------

Film ini menurutku adalah salah satu film terbaik yang pernah ku tonton. Selain karena film ini dibintangi oleh aktor favoritku, Tom Hanks, sang sutradara Frank Darabonk juga cerdas dapat membawa kita sebagai penonton terlelap dalam alur cerita film ini. Tak ada ceritanya kita bakal bosan atau mengantuk ketika  melihat film ini. Semua alur berjalan dengan begitu saja dan kita hanya tinggal menikmatinya saja.

Setiap tokoh yang ada pun dibawakan oleh aktor-aktornya dengan baik. Tak ada tokoh yang tidak penting disini. Dan pemilihan Michael Clarke Duncan sebagai John Coffey adalah salah satu hal yang sangat tepat dalam film ini (sayang ia gagal memenangkan aktor pendukung terbaik pada tahun tersebut). Doug Hutchison pun memainkan sosok Percy dengan sangat-sangat baik (damn, aku benar-benar benci dengan sosoknya :D). Interaksi antar sipir dan narapidana serta lika likunya dalam penjara ini juga digambarkan dengan baik.


Tapi ada sedikit kekecewaan (atau lebih tepatnya tidak sesuai dengan yang dibayangkan) ketika menonton film ini.

Sebelum menonton film ini, aku memang sudah cukup sering mendengar dan membaca review tentang film ini. Tentu saja karena film ini adalah film lama, 18 tahun sudah berlalu sejak film ini pertama kali diputar. Dan review yang ku baca tentulah dengan spoiler yang ringan (lebih ringan dari sinopsis seperti yang ku buat diatas yang memuat ending film-nya). Saat aku membacanya, maka yang ada dalam pikirannya "wow film ini pasti bagus nih."

Dan memang bagus. Sangat bagus.

Yang ku sebut dengan tidak sesuai dengan yang dibayangkan adalah kenyataan bahwa film ini membuat unsur supranatural dalam kisahnya. Well, aku tadinya mengira ini adalah film yang realistik tanpa ada unsur supranatural atau mistik ataupun keajaiban-keajaiban yang tidak bisa dinalar oleh akal manusia.

Disanalah letak kekecewaanku. Tadinya berharap fakta John Coffey yang tidak bersalah bisa diketahui oleh Paul Edgecomb secara "normal". Sayang itu tidak terjadi dan itu membuat aku sedikit mengernyitkan dahi. Yah mungkin aku sendiri yang salah karena sangat mengharapkan film ini berakhir seperti drama tragis pada umumnya.

Tapi memang itulah inti dari kisah ini. Film ini bukan kisah seperti Shawshank Redemption yang Darabonk buat sebelumnya. Kisah film ini adalah tentang keajaiban. Dan kita sebagai manusia haruslah tetap percaya dengan keajaiban-keajaiban itu.


Oke, mungkin itu saja dariku.
Sahabat-sahabat belum menontonnya?
Segeralah menontonnya karena film ini sangat bagus dan memuat pesan mendalam yang sangat sayang apabila dilewatkan.

Saturday, June 17, 2017

Dark Universe - Era Baru Film Para Makhluk Kegelapan


"To a New World of Gods and Monsters"

Begitu kalimat terakhir dalam trailer resmi Dark Universe yang beberapa waktu lalu diunggah oleh Universal Picture. Tentu ini menjadi kabar baik bagi pecinta film, utamanya para penikmat kisah makhluk-makhluk kegelapan seperti Dracula, Frankenstein's Monster dan lainnya yang sempat booming di era 40'an hingga era 70'an. Inilah awal mula dari bergabungnya semua makhluk kegelapan menjadi satu semesta.

Memang sejak era Marvel Cinematic Universe (MCU) yang membuat heboh dari kemunculannya pada film Iron Man di tahun 2008 lalu, kita melihat semacam ada tren baru perfilm-an untuk membuat franchise film-film mereka sendiri menjadi satu kesatuan dalam semesta yang sama. Selain MCU, kita juga sudah diperkenalkan dengan semesta dimana para jagoan komik DC berkumpul, yaitu DC Extended Universe (DCEU). Kemudian kita juga sudah diperkenalkan dengan Big Monster Universe yang akan menjadi tempat bernaungnya Godzilla dan Kong serta para monster lainnya.

Kini kita diperkenalkan lagi dengan era para dewa dan monster-monster dalam semesta kegelapan. Dark Universe.


Sebagai pembuka dari franchise ini, The Mummy telah hadir di bioskop-bioskop seantero dunia dengan Tom Cruise sebagai aktor utamanya. Yeps, Universal Pictures nampaknya tidak main-main dalam proyek ini. Mereka siap jor-joran dengan uang untuk mendatangkan aktor-aktor terkenal Hollywood untuk membintangi film mereka. Selain Tom Cruise, beberapa bintang lain sudah konfirmasi kesediaan mereka untuk bergabung di semesta ini. Johnny Depp contohnya.

Tapi sayang, dengan Tom Cruise sebagai aktor utama dengan teknologi CGI serta aliran dana yang mumpuni. The Mummy sebagai pion pertama Dark Universe malah (yaah kita anggap saja) gagal.

Film The Mummy yang sekarang masih memakai pakem yang sama dengan era The Mummy-nya Brendran Fraser. Seseorang yang menjalin kerjasama dengan dewa jahat pada era Mesir Kuno kemudian dibunuh dan dimumifikasi. Ribuan tahun kemudian, secara tak sengaja, makam yang menyimpan mumi tersebut ditemukan dan selalu ada seseorang yang cukup bodoh yang secara tak sengaja malah membebaskan mumi dengan kekuatan magis tersebut ke dunia manusia. Klise.


Tapi tak seperti franchise The Mummy-nya Brendran Fraser yang sukses di pasaran. The Mummy-nya Tom Cruise malah tak disambut heboh di pasaran, dinilai mengecewakan dan kritikan-kritikan pedas pun selalu menyerang film ini.


Era Brendan Fraser memang berbeda dengan sekarang. The Mummy dulu adalah film yang sarat dengan atmosfer petualangan, fun dan ringan untuk dinikmati. Sedangkan sutradara The Mummy yang sekarang mengambil pendekatan yang berbeda. The Mummy tahun 2017 ini lebih bernuansa gelap dan horror.

Sebenarnya bukan itu yang membuat The Mummy (menurut aku pribadi) tidak sesuai ekspetasi. Memang dengan nuansa gelap dan horror membuat film ini lebih terlihat seperti film Zombie, tapi alur cerita yang lemah dan akting yang lemah juga, yang membuat film ini tak sesuai harapan. Bahkan humornya pun tak bisa membuat satu studio tertawa. Mungkin sang pembuat skrip harus bertanggungjawab menjelaskannya.

Sebagai pintu gerbang dari Dark Universe, film The Mummy memang sedikit memprihatinkan.

Tapi tenang saja. Baru satu film yang keluar. Masih banyak film lagi yang rencananya akan keluar untuk melengkapi semesta kegelapan ini. Bahkan The Mummy pun masih sedikit memberikan informasi terkait Dark Universe secara keseluruhan.

Intinya.... kita masih bisa optimis menunggu sepak terjang franchise ini.

Seperti yang diuraikan diawal-awal tadi, akan ada banyak film dengan aktor terkenal yang akan ikut serta dalam megaproyek Dark Universe ini. Paling tidak, pihak Universal Pictures sudah menyiapkan 7 film dengan 7 makhluk kegelapan yang berbeda. Ketujuh film tersebut adalah Frankenstein, Bride of Frankenstein, Dracula, Creature of Black Lagoon, Phantom of the Opera, Hunchback of Notre Dame dan Invisible Man.

Berikut info-info yang sudah keluar terkait film-film diatas :

1. Frankenstein

Atau lebih tepatnya bernama Frankenstein's Monster adalah makhluk kegelapan yang sudah familiar bagi telinga kita. Frankenstein adalah monster yang diciptakan oleh ilmuwan gila Viktor hasil dari gabungan potongan-potongan manusia mati. Frankenstein akan dibintangi oleh Javier Bardem.


2. Bride of Frankenstein

Tak banyak yang bisa diketahui selain film ini akan disutradarai oleh Bill Condon (Beauty and the Beast 2017). Rumor menyebutkan bahwa Angelina Jolie akan memerankan sosok dari pasangan Frankenstein ini. Masih rumor sih.


3. Dracula

Sempat dirumorkan Dracula Untold adalah bagian dari franchise ini, tapi sekarang secara resmi disebutkan Dracula Untold bukan bagian dari Dark Universe. Sampai saat ini belum ada info lebih lanjut terkait salah satu makhluk kegelapan paling ikonik ini.


4. Creature of Black Lagoon

Makhluk humanoid setengah manusia setengah amfibi ini mungkin tidak familiar ditelinga kita. Karena memang film ini sudah cukup lama, lahir pada era 50'an dengan judul Creature from Black Lagoon. Sejak saat itu tak ada lagi film dengan makhluk ini yang cukup ikonik yang bisa diingat oleh era kita. Belum ada info lebih lanjut terkait film ini selain potongan tubuh makhluk ini sekilas nampak pada film The Mummy.


5. Phantom of the Opera & Hunchback of Notre Dame

Sangat asing ditelinga kita. Tak banyak yang bisa ku ceritakan tentang 2 film yang tak pernah dilihat dan mungkin tak pernah kita dengar sebelumnya. Memang keduanya adalah film jadul bahkan eksistensinya ketika masih di era film bisu. Phantom of the Opera mengisahkan tentang komposer gila yang berpenampilan menyeramkan, sedangkan Hunchback of Notre Dame bercerita tentang pemukul lonceng yang berpenampilan aneh. Rumor menyebutkan pihak Universal Pictures sedang mencoba mengajak aktor dan aktris terkenal agar bisa membintangi 2 film ini. Kabarnya Michael Fassbender dan Jennifer Lawrence sedang diajak dan diharapkan bisa ikut serta dalam Dark Universe.


6. Invisible Man

Kiprah tentang manusia tembus pandang ini cukup sering kita lihat diberbagai film. Seperti di film The League of Extraordinary Gentlemen, Hollow Man dan di serial televisi Amerika dengan judul I-Man. Untuk Dark Universe sendiri, nampaknya versi Invisible Man yang diadaptasi adalah yang berdasarkan dari novel karangan HG Wells dengan judul Invisible Man (1897). Menariknya adalah film ini akan dibintangi aktor nyentrik Johnny Depp.


*Spoiler Alert

Ketujuh film tersebut akan melengkapi film The Mummy yang sudah tayang. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, apa yang membuat mereka bersatu selayaknya Avenger dan Justice League?

Dalam film The Mummy, kita diperkenalkan dengan tokoh Dr. Henry Jekyll yang diperankan oleh Russell Crowe. Tokoh ini tampaknya mempunyai ketertarikan dengan dunia mistik yang penuh dengan aura dan monster kegelapan. Ini bisa dilihat dari organisasi Prodigium yang dibentuknya. Disaat bersamaan, Dr. Jekyll ternyata mempunyai alter ego yang bernama Mr. Hyde. Berbeda dengan Dr. Jekyll, si alter ego Mr. Hyde bertemparamen ganas, kasar dan luar biasa kuat. Untuk meredam kepribadian dia yang berbahaya itu, Dr. Jekyll secara rutin harus menyuntikkan semacam serum penenang untuk menekan eksistensi Mr. Hyde.


Dari sini kita bisa menyimpulkan, Dr. Henry Jekyll akan berperan sebagai Nick Fury-nya Dark Universe. Mengumpulkan monster-monster dan makhluk kegelapannya lainnya untuk melawan entitas yang bisa mengancam keberlangsungan hidup umat manusia. Mengumpulkan sosok kegelapan untuk melawan makhuk jahat yang tidak bisa mereka hadapi sendirian.

Di akhir cerita The Mummy, Nick Morton yang diperankan oleh Tom Cruise dirasuki oleh Dewa Kematian bangsa Mesir Kuno, Set. Diakhir film memang diceritakan Nick bisa mengendalikan sosok Set, tapi ada kekuatiran bahwa sosok Set itu suatu saat akan menguasai jiwa Nick dan seperti tujuan Set dalam film The Mummy, ia siap untuk membalas dendam kepada umat manusia.

Apakah Set yang akan menjadi Thanos-nya Dark Universe? Ataukah Set akan bergabung dengan Frankenstein, Dracula dan yang lainnya dibawah naungan Prodigium untuk melawan sosok jahat lainnya yang belum ditunjukkan?

Atau bisa jadi Dark Universe adalah tempat para makhluk kegelapan yang bisa menguasai dunia dan menghancurkan eksistensi umat manusia.

Well, kesimpulannya adalah franchise Dark Universe ini masih diawal, masih "bayi" yang bisa tumbuh berkembang menjadi sesuatu yang luar biasa. Kita sebagai penikmat film harus bersyukur dengan adanya mega proyek ini, karena kita bisa melihat sosok-sosok kegelapan yang tidak pernah kita lihat sebelumnya berada dalam satu semesta.

Mari berharap bahwa Dark Universe bisa sukses.


Sumber : 1 2 3

Wednesday, June 14, 2017

Film Hollywood Rasa Tiongkok


Sekitar 3 bulan terakhir ini, aku pribadi memang cukup sering menonton film. Baik itu lewat bioskop ataupun hanya mendownload dan menontonnya via HP. Kebanyakan memang film Hollywood, disambil selingan anime. Dari yang jadul-jadul seperti Shawshank Redemption yang baru aja sempat ditonton, sampai yang terakhir ditonton adalah Wonder Woman. Ini juga yang menyebabkan blog ini ketambahan 1 label lagi, yaitu Review Film. Yah paling ngga blog yang sempat vakum berbulan-bulan ini bisa aktif lagi :D

Dari sekian banyak film Hollywood yang ku tonton. Ada sesuatu yang menggelitik hatiku. Mengapa film-film Hollywood yang notabene pusatnya ada di Amerika Serikat, memuat begitu banyak unsur negara Tirai Bambu Tiongkok? Entah itu aktornya atau juga latar tempatnya.

Ngga nyadar?
Berikut beberapa film Hollywood yang ku tonton dan ditemukan unsur negara Tiongkok-nya :

1. Transformer : Age of Extinction (2014)

(Cukup banyak unsur Tiongkok pada film ini, dari aktor, tempat bahkan sampai produk)

2. Doctor Strange (2016)

(Tempat battle scene yang terakhir pada film ini berlatar di Tiongkok)

3. Independence Day : Resurgence (2016)

(Salah satu pilot tempurnya berkewarganegaraan Tiongkok dan sempat ada adegan dia berbicara dengan Bahasa Tionghoa)

4. Now You See Me 2 (2016)

(Dengan latar belakang tempat di Tiongkok, film ini juga menghadirkan artis terkenal Asia, Jay Chou)


Sebenarnya sih masih banyak lagi, tapi cuma 4 ini yang otakku bisa ingat. Ini belum ditambah dengan kehadiran minor dari aktor-aktor terkenal Asia lainnya seperti Joon-Gi Lee pada film Resident Evil : Final Chapter, penyebutan kata-kata China yang ada terselip seperti film bencana 2012, ataupun latar tempat di Hongkong seperti di film Pasific Rim.
Akan tetapi memang akhir-akhir ini, unsur Tiongkok lah yang paling banyak hadir di dalam film-film produksi Hollywood.

Pertanyaannya, mengapa?

Foto tabel dibawah ini mungkin bisa membantu kita menjawabnya...




Yepp, jawabannya ga jauh-jauh dari kata DUIT.

Tiongkok sekarang menjadi primadona Hollywood dalam memasarkan filmya. Dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, jumlah pemasukan dari tiket bioskop di Tiongkok sendiri bisa lebih dari 16% dari pendapatan total sebuah film. Amazing kan?

Makanya tak heran apabila Hollywood menganakemaskan Tiongkok. Entah itu mengajak aktor terkenal dari wilayah Tiongkok untuk ikut andil, memakai tempat terkenal disana sebagai salah satu scene dalam sebuah film, penyebutan kata-kata yang familiar bagi warga Tiongkok, ataupun kerjasama dengan rumah produksi lokal disana.

Pokoknya dengan memakai unsur yang ada pada Tiongkok, maka diharapkan semakin banyak pula penonton lokal yang tertarik untuk menonton filmnya.

Tapi kolaborasi Hollywood-Tiongkok sendiri tidak hanya menguntungkan para sineas dan rumah produksi Hollywood dan hanya membuat Tiongkok sebagai "sapi perah" saja. Momen ini juga dengan cerdik dimanfaatkan oleh sineas Tiongkok untuk berkembang.

Yuan Li, seorang produser pertelevisian dari Tiongkok menyebutkan bahwa negara mereka sedang bersiap untuk menyiapkan konten yang lebih berkualitas untuk pasar Internasional. Dengan berkerjasama dengan pihak Hollywood tentu saja akan menguatkan standar mereka. Bahkan sudah diprediksi, tahun depan film produksi asli dari tanah Tiongkok akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mulai menggeser ke digdayaan film-film Hollywood.

Aku sendiri berpikir, langkah ini cerdas. Karena pihak Tiongkok tidak membiarkan diri mereka sebagai objek yang hanya diambil keuntungannya saja. Dengan banyaknya aktor, promosi tak langsung tempat-tempat terbaik di Tiongkok dan kerjasama antar Hollywood dengan Tiongkok, mereka bisa belajar dari sineas Hollywood yang memang sudah terkenal kualitas konten filmnya.

Mungkin negara kita tercinta Indonesia harus mulai belajar seperti halnya Tiongkok. Dengan potensi yang kurang lebih sama dengan mereka, jangan sampai kita hanya menjadi "sapi perah" tanpa mendapatkan manfaat dan pelajaran yang bisa membuat kita semakin maju.

Wassalam.

Sumber : 1 2 3 4

Review Film - Wonder Woman (2017)


*Spoiler Alert

Well...
Kesimpulan awal : Bukan film terbaik DCEU (DC Extended Universe).

Sampai saat ini, apa yang menjadi momok no 1 dalam film DCEU, baik itu Man of Steel, Batman v Superman : Dawn of Justice ataupun Suicide Squad?

Yeps, rating film. Utamanya dari Rotten Tomatoes.
Situs tempat review dan informasi terkait film ini selalu memberikan rating buruk untuk semua film DCEU walau sebagaimana baiknya sekalipun film tersebut (berbanding terbalik dgn film dr Marvel). Man of Steel hanya 55%, BvS 27% dan yang paling parah (tentu saja) Suicide Squad 25%.

Maka ketika Wonder Woman mendapatkan review 94% dari Rotten Tomatoes, apa yang pertama kali dirasakan?

Tentu hype yang tinggi dan ketidak sabaran untuk menontonnya langsung di bioskop. Apalagi di internet banyak orang yang menyebutkan bahwa Wonder Woman bukan saja film terbaik DCEU, tapi juga salah satu film terbaik superhero.


Dan memang, datang dengan ekspetasi besar bisa menimbulkan kekecewaan yang besar juga (like Logan?)

OK.. daripada semakin panjang lebar, berikut review film Wonder Woman dariku :
Enjoy :)

----------------------------------------------------------------

Film Wonder Woman dibuka dengan adegan Diana Prince yang mendapatkan hadiah foto ia dan teman-temannya ketika Perang Dunia Pertama. Hadiah foto dari Bruce Wayne ini kemudian membuka flashback tentang awal kemunculannya di dunia manusia yang menjadi inti dari film itu sendiri.


Cerita berlanjut kepada Diana kecil yang tinggal Themyscira, tempat dimana tak ada laki-laki satu pun hidup disana. Tumbuh berkembang menjadi seorang warrior tangguh walaupun sering bertentangan dengan sang Ratu. Hidup Diana kemudian berubah ketika seorang pria bernama Steve Trevor jatuh dari langit. Singkat cerita, Diana kemudian menemani (mengawal) Steve untuk sebuah misi penting, meninggalkan pulau tersembunyi dan menuju dunia manusia.

Familiar dengan ceritanya?

Hehe bagi fans One Piece pasti langsung komen "Njir" karena memang awal-awal cerita, alurnya sangat mirip dengan cerita One Piece yaitu pada saat Amazon Lily Arc. Anggaplah Diana Prince adalah Boa Hancock dan Steve Trevor adalah Monkey D. Luffy, maka kalian akan mendapatkan banyak kesamaan alur cerita diantara keduanya. Bahkan adegan "What is that?" juga ada

Untung Steve ga jawab "That's my kintama"

(Tenang, adegannya ga seekstrem itu koq :D)

Film Wonder Woman sangat solid di awal-awal cerita. Kehebatan dan ketangkasan suku Amazon yang semuanya perempuan pasti bakal membuat kalian berdecak kagum. Salah satu hal yang membuat film bagus adalah kesuksesannya dalam menggambarkan kengerian perang. Kalian akan mendapatkan ironi yang dalam ketika melihat Diana yang "polos" harus berhadapan dengan segala kekejaman di medan perang. 

Dan memang tampaknya salah satu kelebihan DCEU adalah adegan action yang akan membuat kalian terpana. Puncaknya adalah ketika adegan pertempuran di No Man's Land.


Epic.

Musik dan koreografinya sungguh luar biasa. Diana yang berlari sendirian menerjang serbuan ribuan peluru, menghadapi ratusan laki-laki bersenjata lengkap hanya dengan menggunakan pedang, perisai dan tali lasso. Klimaks pertempuran pun tecapai ketika Diana sendirian meruntuhkan menara pengawas.

Sekali lagi, Epic.

Tapi sayang, adegan pertempuran No Man's Land bukan adegan akhir film. Itu hanyalah adegan pertengahan film.

Selanjutnya petualangan Diana bersama teman-temanya menjadi terasa hambar.

Ada beberapa sebab yang membuat film itu tidak sesuai harapan :

1. Setelah adegan No Man's Sky, sutradara memilih banyak menit untuk menggambarkan hubungan Diana dan Steve. Memang hubungan mereka penting demi plot, tapi tetap saja aku merasa berlebihan. Dampaknya tentu saja adrenalin penonton menjadi turun lagi seperti kaya di awal film.

2. Rekan-rekan Diana dan Steve yang menemani sepanjang perjalanan terasa useless. Baik itu si aktor, si Indian, apalagi si penembak jitu.

3. Adegan pesta dilalui secara janggal atau boleh dibilang tidak dieksesusi dengan baik. Sehingga alurnya terlihat aneh. Atmosfer yang harusnya ngeri ketika senjata pemusnah massal dieksekusi pun tidak tercipta. Adegan ini menjadi terbuang sia-sia.

4. Ares yang menjadi villain utama pun terlalu gampang ditebak siapa orangnya.

5. Adegan pertempuran Trio Wonder Woman, Batman dan Superman vs Doomsday pada film BvS terasa lebih baik dibandingkan dengan duel Wonder Woman vs Ares. Mungkin karena buruknya CGI pas adegan ini. Harus diakui memang, DCEU juga bermasalah untuk urusan CGI. Pliissss DC, kalian pasti punya bugdet yang berlimpah untuk memperbaiki ini.

Tapi overall, Wonder Woman sangat layak ditontong terutama dibioskop. Diluar kekurangannya, film ini sudah membuka cakrawala DCEU yang semakin mantap. Semakin tidak sabar kan menunggu Justice League rilis :D


Btw, bila Wonder Woman bukan film terbaik DCEU, maka yang mana yang terbaik?

Aku pribadi akan menyebut film Man of Steel.

Sekian.

-----------------------------------------

Diambil dan dimodifikasi dari posting di akun Facebook pribadi.