Monday, February 15, 2016

Thriller Series (Bag. 4) - What You See For The Last Time


Adegan dalam kisah fiksi ini mengandung kekerasan, kekejaman dan pembunuhan brutal
Kebijakan dari sahabat sekalian sangat disarankan
(WARNING 21+)

-----------------------

Susi meronta-ronta. Tangan dan kakinya mulai sakit akibat usahanya membebaskan diri. Tangannya terluka akibat gesekan tali yang coba ia lepaskan. Begitu pula dengan kakinya.
Dihadapannya, digenangan darah yang berwarna merah pekat, tergeletak jasad ibunya. Didekatnya sang ayah sedang bernegosiasi dengan orang yang menyebabkan semua mimpi buruk ini.

"Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, sungguh. Apapun itu" Ayah Susi mengulangi penawaran yang ia berikan tadi.

Pria itu tertawa mendengarnya. Suara tawanya tak seperti suara orang normal. Inikah suara orang yang tangannya telah dilumuri oleh darah orang lain?

"Apapun?" Tanya orang itu lagi.

"Ya, apapun" Sahut ayah Susi.

"Kalau begitu" Lanjut pria itu. "KEMBALIKAN HIDUP ANAK DAN ISTRIKU!!!"

Teriakannya memekikkan telinga siapapun yang mendengar. Bergema diruangan itu. Melengking. Suara kemarahan terlepas, terdengar, menyeruak dari teriakannya.

Ayah Susi membisu.

"Bisakah kau mengembalikan mereka lagi?" Tanya pria itu lagi.

Ayah Susi menangis. Bibirnya kaku untuk mengucap apapun yang bisa mengeluarkan mereka dari situasi ini.
"Maafkan aku" Mohon ayah Susi.

Pria itu tak bergeming.

"Maafkan aku"

Pria itu mengambil pisau yang sempat dilepasnya.

"Maafkan aku"

Pria itu kemudian berjalan, mengambil sesuatu dari arah belakang.

Lalu....

"Anakmu harus menanggung akibatnya"

Kalimat itu membuat sang ayah ketakutan.

"Apa yang kau lakukan? Cukup aku saja, jangan anakku" Pintanya
.
Pria mengambil jerigen yang telah disiapkannya. Dibuka tutupnya. Bau bensin yang pekat tercium.

"Jangan bunuh anakku, aku saja! Lepaskan anakku, lakukan yang kau mau kepadamu" Teriak ayah Susi memohon.

"Hahahaha" Tawanya semakin mengerikan. "Aku memang tak berniat membunuh anakmu"

Kemudian isi jerigen itu ditumpahkannya ke seluruh badan ayah Susi.

"Apa yang akan kau lakukan kepadaku?"

"Aku? Aku akan memberikan pemandangan terakhir yang takkan dilupa oleh anakmu" Sahut pria itu.

"Tidak, ku mohon.... jangan!!!" Ayah Susi menggeleng-gelengkan kepala. Meronta-ronta. Dia harus melepaskan diri sesegera mungkin, pikirnya.

Pria itu kemudian berjalan kearah Susi. Dinyalakan korek yang ia ambil dari saku celananya. Susi saat itu diselimuti ketakutan yang amat sangat. Pria itu lalu memegang kepalanya.

"Jangan takut. Kau harus melihat ini" Kata pria itu.

Susi menangis. Dia tak tahu harus berbuat apa. Didepannya, ayahnya sekarang menggila. Dia meronta-ronta. Berteriak dengan suara yang tak bisa dia pahami.

"Ayah" Kata Susi dengan suara lirih.

Kemudian pria itu melemparkan koreknya yang menyala ke arah ayah Susi. Api kemudian menyambar badan ayahnya. Bensin membuat kobaran api itu semakin besar.

Ayahnya telah dibakar hidup-hidup...

Rontaan kesakitan dari ayahnya...

Teriakan kesakitan dari ayahnya...

Susi pun menangis, terpana, terbujur kaku...

Neraka macam apa ini?

"Ayah" Ucapnya lirih.

"Ayah... Ibu... " Air mata telah membanjiri kelopak matanya.

"Nah gadis kecil yang manis. Inilah pemandangan terakhir yang akan menemanimu di sisa hidupmu" Kata psikopat itu.

Kemudian pisau yang ada ditangan orang itu, ditusukkannya ke kedua bola mata Susi.

Dan semuanya menjadi gelap...

-------------- TAMAT --------------

0 comments:

Post a Comment