Monday, February 8, 2016

Thriller Series (Bag. 1) - What You See For The Last Time



Adegan dalam kisah fiksi ini mengandung kekerasan, kekejaman dan pembunuhan brutal
Kebijakan dari sahabat sekalian sangat disarankan
(WARNING 21+)

---------------------------
Sore ini terlihat mendung. Awan gelap menyelimuti angkasa membuat suasana menjadi gelap. Padahal hari tak terlalu sore. Tapi suramnya cahaya membuat suasana menjadi gelap.

Susi, anak perempuan kecil, kala itu baru saja pulang dari sekolah. Dia diantarkan oleh supir pribadi keluarganya.

"Wah rumah koq sepi ya? Eneng berani? Siapa tau ngga ada orang dirumah" Ujar Amang, supir keluarga tersebut.

Susi kemudian membuka pintu rumahnya.

"Ngga koq Om. Ini pintu bisa dibuka. Om pulang aja. Kasian anak om yang sakit klo Om ga pulang" Sahut Susi.

"Hehe baik, mari Neng. Bilangin sama Tuan dan Nyonya ya klo Om langsung pulang"
Amang si supir kemudian membawa mobil keluarga tersebut keluar halaman. Susi yang dari kejauhan mengantar kepergiannya dengan melambai tangan. Senyum masih terlukis lebar diwajahnya.

"Ayaaah... Bundaaa... Susi pulang" Masuklah Susi kedalam rumah, tapi tak ada sahutan.

Rumah terlihat gelap. Memang sore ini tak secerah biasanya, tapi karena lampu rumah tak menyala, suasana menjadi lebih gelap. Susi melihat kebelakang ke arah pintu masuk yang belum dia tutup. Amang sudah pergi jauh. Tak mungkin baginya untuk minta temani lagi oleh orang lain.

"Mbak Ratiiih, koq lampu ga dinyalain?" Teriak Susi memanggil nama pembantunya. Dia meberanikan diri memasuki rumahnya yang sore ini terlihat kosong.

Tapi teriakan Susi tersebut tetap tak ada sahutan balasan yang terdengar.

"Ayaaah... Bundaaa... kalian dimana?" Tanya Susi lagi.

Rasa kecemasan mulai menyelimuti diri anak kecil ini. Sendiri dirumah yang besar ini dengan cahaya yang temeram tentu membuat anak kecil ini mulai ketakutan.

"Ayaaaaah... Bundaaaaa..." Susi kembali berteriak. 

Berlari dia kearah kamar tapi kamar kosong. Kemudian dia mencoba berlari ke kamar orangnya. Pintunya tak dikunci dan tak ada siapa-siapa disana.
Nafas berat mulai terasa didadanya. Peluh pun mulai keluar dari pori-porinya. Hisakan tangis mulai keluar dari matanya.
"Hiks... Ayah... Bunda... kalian dimana?"

Susi duduk dipojokan ruang tamu. Dihimpitkannya kedua lututnya dalam dekapan. Tanda kesepian dan ketakutan sudah menyerangnya.

"Ss..ssusi..."

Tiba-tiba terdengar suara ayahnya. Tapi suara itu tertahan. Bukan suara normal. Merintih. Seperti suara orang yang berbicara sambil menahan sakit.
Susi bangkit mendengar suara ayahnya.

"Ayah? Ayah dimana?" Teriak Susi.

Dapur!
Susi yakin mendengar suara ayahnya tadi dari dalam dapur. Susi pun berlari menuju arah dapur.

"Ayah ada dimana? Susi cari-cari tapi ga ketemu" Kata gadis kecil ini sambil terisak. Dia hampir memasuki ruangan dapur.

"Ja.. jangan masuk!" Suara ayahnya teriak mencoba melarangnya.

Tiba-tiba dari arah belakang Susi ada tangan kasar yang menyergapnya. Tangan itu mendekap mulut Susi dengan kain. Susi meronta-ronta. Tapi apalah daya tangan anak kecil ini bila dihadapkan dengan cengkraman orang dewasa.

Kepala Susi mulai berputar. Pusing rasanya. Tak lama kemudian dia tak sadarkan diri.

-------------- bersambung ---------------

0 comments:

Post a Comment