Monday, October 28, 2019

Egoisnya Mereka Yang Merokok

Ada sebuah kutipan yang tertulis "Pekerjaan yang paling sia-sia dalam hidup, adalah menasehati mereka yang sedang jatuh cinta". Sebuah kutipan yang menunjukkan betapa akal logika tidak bekerja bagi mereka yang sedang jatuh cinta, walaupun telah kita nasehati, mereka yang jatuh cinta akan mengabaikannya, walau mereka tahu jikalau mereka salah.

Kutipan tersebut memang ada benarnya, tapi apabila mau mengikuti perkembangan di era sekarang, maka kutipan tersebut berubah menjadi "Pekerjaan yang paling sia-sia dalam hidup, adalah menasehati perokok akan bahayanya".

(Sumber Foto - Link)

Rokok sebenarnya sudah menjadi permasalahan serius yang berlarut-larut dibiarkan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwasanya rokok lebih banyak membawa mudharat dibandingkan dengan manfaatnya yang cuma seupil. Dari risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, kerusakan gigi dan penyakit mematikan lainnya.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, disebutkan jumlah perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8% dengan jumlah perokok laki-laki sebanyak 62,9% (sumber).  Berdasarkan data dari kementrian kesehatan, 1 dari 4 laki-laki adalah perokok. .

Kita tidak akan berbicara lebih panjang masalah bahaya rokok. Semua orang mengetahui, bahkan perokok itu sendiri. Yang akan kita bahas adalah sikap dari perokok itu sendiri, kenyataan bahwa betapa egosinya mereka.

Menurut pakar kesehatan, bila diumpamakan bahaya rokok itu 100%, maka hanya sekitar 25% dampaknya yang dirasakan oleh perokok itu sendiri. Sedangkan yang 75% dirasakan oleh perokok pasif. Dari sumber yang sama, 96 juta masyarakat Indonesia menjadi perokok pasif (sumber). Selain lebih berdampak ke perokok pasif, bahaya mengancam yang mungkin tidak nampak adalah third hand smoker, yaitu mereka yang terpapar polutan rokok walaupun sedang tidak berada didekat orang yang merokok.

Kebiasaan perokok di Indonesia tidak hanya berbahaya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi orang sekitarnya. Mereka dengan cueknya tetap merokok di tempat umum, didekat anak balita (bukan saja anak balita orang lain, bahkan anak balita sendiri tetap mereka cuek merokok), merokok didalam rumah, di WC, di kamar dengan meninggalkan berbagai polutan dari asap rokok yang tetap ada di baju mereka, di dinding rumah, seprai dan lain sebagainya.

Mereka tetap saja merokok dengan dalih "pahit liur, mulut masam dan lain sebagainya". Ngga enak klo ga merokok, intinya. Dan ketika ditegur, bukannya sadar, malah memasang muka masam.

(Sumber Foto - Link)

Inilah yang aku sebut, bahwa sungguh egoisnya mereka-mereka yang merokok. Padahal sudah tahu bahayanya, sadar bahwa merokok itu berdampak ke orang lain. Tapi tetap saja dilakukan dan susah sekali ditegur. Mbok ya, klo merokok sudah enaknya sendiri, yaa jangan bagi-bagi lah bahayanya.

Menurut WHO, ada sekitar 60.000 balita yang meninggal setiap tahunnya karena terpapar asap rokok, atau dengan kalimat yang lebih ekstrem, ada 60.000 balita yang meninggal karena keegoisan para perokok.

Maka oleh karenanya, berhentilah merokok. Atau klo anda para perokok tetap ingin merokok, maka berhentilah egois. Isap kenikmatan rokok tersebut tapi jangan bagikan bahayanya ke orang-orang, apalagi kepada mereka yang anda sayangi.

Jangan merokok didekat mereka, jangan merokok diruangan, jangan merokok dirumah, ganti baju dan mandi setelah merokok, barulah anda bercengkrama dengan keluarga anda.

Berhentilah egois.


0 comments:

Post a Comment