Thursday, August 8, 2019

Thanos dan Isu Kependudukan

(Source - Image)


Spoiler Alert !!!
Banyak membahas story dalam film yang bisa mengganggu kenikmatan menonton bagi yang belum menontonnya.

Tahun 2019 ini, kita telah disuguhi akhir dari saga sebuah film yang telah dibangun selama kurang lebih 11 tahun, yaitu Avenger Infinity War dan Avenger End Game besutan dari Marvel dan Disney. Sebagai penikmat film based-comic, 2 film ini tentu saja menjadi sajian wajib untuk ditonton. Kisah para pahlawan Marvel, seperti Captain America, Iron Man, Doctor Strange dkk menghadapi ancaman sekala cosmic, yaitu Thanos dan pasukannya, menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah. Tak tanggung-tanggung, dari film terakhir mereka saja, yaitu Avenger End Game, Marvel dan Disney mendapatkan penghasilan kotor 2,7 Milyar Dolar atau sekitar 38,9 triliun rupiah. Jumlah yang tentu saja sangat besar.

Kesuksesan ini tentu sumbangsih dari berbagai faktor, seperti antusiasme dari fans, promosi yang besar-besaran, rasa penasaran dari masyarakat terkait akhir kisah Avenger ini, atau juga karena banyaknya yang ikut-ikutan karena begitu boomingnya kisah yang dibangun dari tak kurang 21 film yang dijalin menjadi satu kisah dengan benang merah yang sama.

Aku sendiri sebenarnya adalah penggemar film superhero, akan tetapi memang akhir-akhir ini terlalu malas menonton film superhero karena formula yang hampir sama untuk semua film besutan Marvel. Akan tetapi sama halnya dengan kebanyakan orang yang menonton film ini, terlalu tanggung apabila tak menonton bagaimana kisah Avenger ini diakhiri.

Tapi alih-alih tertarik dengan kisah para pemeran protagonisnya, film Avenger terakhir (Infinity War dan End Game), malah membuatku lebih tertarik membahas kisah tokoh antagonis utamanya, yaitu Thanos.

Thanos adalah seorang Titan (alien raksasa) yang dalam kisah Infinity War, bermaksud mengumpulkan Infinity Stones, yakni 6 batu dengan kekuatan yang berbeda-beda. Ada Power Stone, Mind Stone, Space Stone, Time Stone, Reality Stone dan Soul Stone. Keenam Infinity Stone tersebut apabila dikumpulkan, akan membuat penggunanya mempunyai kemampuan yang maha dahsyat. Hanya dengan sekali jentikan jari, setengah dari populasi makhluk hidup lenyap. Hanya dengan jentikan jari, eksestensi seseorang menjadi hilang. Yah, hanya dengan gerakan kecil begitu saja.


(Infinity Stones - Image)

Mungkin kebanyakan penonton akan lebih peduli, bagaimana cara para pahlawan mereka menggagalkan usaha Thanos dan kemudian bertepuk tangan ketika Iron Man berhasil mengalahkan Thanos. Akan tetapi, seberapa banyak dari kita yang peduli, kenapa Thanos menginginkan setengah dari populasi makhluk hidup lenyap?

Well, walau sedikit banyak sudah dijelaskan dalam film, izinkan aku untuk menerjemahkannya dalam pemikiranku.

Thanos lahir di planet Titan, sebuah planet yang indah tapi kemudian hancur akibat keserakahan penduduknya. Dari sana ia kemudian menjadi pengembara dari satu planet ke planet lain, sampai akhirnya dia tiba di planet ZeWhoberi, tempat asal Gamora. Sebuah planet yang miskin, sumber daya alam yang sedikit, yang mengakibatkan masyarakatnya kelaparan, bayi-bayi yang lahir kekurangan gizi. Planet yang kondisinya mirip dengan planet asalnya sebelum hancur.

Entah bagaimana pola pikir Thanos terbentuk, bertindak selayaknya juru selamat tapi dengan tindakan yang sangat kejam, ia kemudian membagi penduduk planet tersebut menjadi 2, mereka yang mau menerima Thanos dan mereka yang menolaknya. Mereka yang menolak kemudian dibantai oleh pasukan Thanos dan setengah penduduk yang menerimanya dibiarkan hidup. Pemusnahan massal, setengah dari penduduk ZeWhoberi dibunuh dalam satu waktu.

Masyarakat ZeWhoberi yang populasinya tinggal setengah, kemudian dibiarkan oleh Thanos. Bertahun kemudian, ia kembali dan melihat hasil dari apa yang dia lakukan. Ajaibnya, planet yang dulunya miskin dan kesulitan mencari makan untuk kebutuhan mereka, bisa bertahan dan tumbuh sesuai dengan harapan. Tak ada lagi kelaparan, sumber daya alam kembali banyak dan bayi-bayi tumbuh dengan baik karena gizi mereka terpenuhi. 

Sumber daya alam yang dulunya tak mampu memenuhi populasi yang sangat banyak di planet itu akhirnya bisa mencukupi setelah setengahnya dibantai oleh Thanos.

"Keseimbangan akhirnya tercipta", begitu menurut Thanos.

Thanos kemudian berkelana lagi keberbagai penjuru semesta dan menemukan kasus yang sama diberbagai tempat. Penaklukan-penaklukan pun dilakukan, keseimbangan harus diterapkan. Akan tetapi dia kelelahan, begitu banyak tempat, begitu sedikit waktu. Sampai akhirnya dia mendapatkan info sebuah senjata yang maha dahsyat yang bisa menghilangkan setengah populasi dalam satu waktu. Infinity Stones.

Dari sana, kemudian berlanjutlah pencarian keenam Infinity Stone. Keberhasilan dan kegagalan Thanos kemudian bisa kita lihat sebagaimana yang ditampilkan dalam film.

Menonton sepak terjang Thanos sendiri menurutku menarik, karena berbeda dengan tokoh antagonis pada umumnya yang punya motif atau tujuan "kejam", seperti ingin membalas dendam, ingin menguasai dunia atau sejenisnya, Thanos sebenarnya tidak demikian. Dia boleh dibilang tidaklah "jahat". Hanya saja tindakannya dalam mengejar tujuannya itu yang tidaklah tepat. Membuat alam semesta seimbang dengan membunuh setengah populasinya, tindakan barbar seperti itu dalam sudut pandang apapun tidak dapat dibenarkan. Sifat humanis kita tidak akan dapat menerima tindakannya.

Walaupun demikian, latar belakang dari tujuan Thanos ini menarik untuk kita bahas.

Bila kita melihat kondisi real di dunia kita, paling tidak saat ini ada 7,5 milyar manusia menghuni planet tercinta kita ini. Tumbuh sebanyak 680 juta hanya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Indonesia sendiri kini menempati urutan keempat populasi terbanyak (dibawah Tiongkok, India dan Amerika Serikat) dengan jumlah penduduk 264 juta. Lebih dari setengahnya berada di pulau Jawa (54,7%).

Pesatnya pertumbuhan penduduk dunia maka diproyeksikan pada tahun 2030 jumlah penduduk mencapai 8.6 milyar, tahun 2050 mencapai 9.8 milyar dan pada tahun 2100, jumlah penduduk dunia akan mencapai di angka 11 milyar. Berdasarkan dari laporan PBB, dalam kurung waktu 2015-2050, setengah dari pertumbuhan penduduk dunia akan terfokus setengahnya di 9 negara, yaitu India, Nigeria, Pakistan, Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Uganda dan tentu saja... Indonesia. 

(Kepadatan Penduduk - Source)

Apakah kita perlu kuatir dengan angka-angka diatas? 
Ya tergantung seberapa kamu perduli dengan nasib bumi dan anak cucumu kelak.

Bumi tempat berpijak kita ini, adalah satu-satunya tempat di alam semesta dimana kita bisa hidup. Bumi 2/3 nya adalah air dan hanya 1/3 nya saja daratan. Daratan yang ada ini tak pernah bertambah besarnya, begitu-begitu saja, bahkan cenderung terkikis dengan adanya abrasi dan semakin meningginya tinggi permukaan air laut akibat pemanasan global. Ditengah daratan yang semakin sempit ini, manusia memerlukan ruang untuk tempat tinggal, untuk bekerja, untuk lahan pertanian dan perkebunan, juga untuk jalan. Sebagian besar kemudian untuk ruang hijau, tempat binatang dan tumbuhan dengan berbagai variasinya hidup. Manusia juga perlu tempat untuk berekreasi dan hiburan untuk mengisi waktu luang.

Apabila penduduk semakin banyak, maka akan ada lahan peruntukan lain yang harus dikorbankan.

Bisa jadi itu lahan pertanian yang kemudian dijadikan perumahan, hutan-hutan lindung yang kemudian dieksploitasi, air tanah yang semakin dikuras untuk memenuhi kebutuhan air, hutan yang diubah sehingga mengakibatkan konflik antara hewan liar dengan manusia. Belum lagi kita kalkulasikan, misalkan bertambahnya 1 juta manusia maka berapa pula bertambahnya limbah yang dihasilkan dan kemana limbah itu kemudian dibuang. Di laut?

Semakin bertambahnya penduduk maka juga mengakibatkan persaingan dalam dunia kerja menjadi semakin berat. Tidak seimbangnya  penyerapan tenaga kerja oleh industri akibat semakin banyaknya populasi mengakibatkan tingkat pengangguran semakin tinggi. Tingkat pengangguran semakin tinggi bakal meningkatkan angka kejahatan.

Ini yang kami sebut dengan bencana demografi.

Isu-isu kependudukan yang disebutkan diatas akan menjadi keniscayaan apabila tidak kita tanggulangi. Tapi seperti apa solusi yang bisa kita tempuh untuk menanggulanginya?

Pindah planet? No.. no.. no..
Masih terlalu cepat 1000 tahun.

(Ingat Kita Hanya Punya 1 Planet Yang Bisa Ditempati - Source)

Ataukah solusi seperti yang dilakukan Thanos?
Bunuh setengah populasi, dengan itu maka akan semakin banyak ruang?
Tentu saja TIDAK!!!

Tapi percaya atau tidak, apabila bencana demografi ini berlanjut, maka aku menyakini bumi mempunyai mekanisme tersendiri untuk mengurangi jumlah penduduk yang menjadi beban. Mekanisme itu disebut dengan "bencana akibat ulah manusia"
Thanos itu mungkin ada tapi bentuknya tidak seperti raksasa ungu selayaknya di film, tapi berbentuk konsekuensi akibat keserakahan manusia. Semakin banyak manusia mengambil ruang di bumi, maka akan ada konsekuensi yang harus ditanggung oleh manusia itu sendiri.

Jadi sebelum hal itu terjadi, sebelum bumi ini semakin sesak dan keserakahan manusia semakin menjadi-jadi, mari kita renungkan bersama. Isu kependudukan adalah sebuah isu yang real ada di depan mata kita. Dan kita harus bersama-sama bertanggungjawab akan hal tersebut. Tantangan ini harus bersama kita pikul.

BKKBN dalam hal ini mengajak bersama-sama seluruh lingkup masyarakat untuk menjawab tantangan ini. Melalui Pembangunan Berwawasan Kependudukan, BKKBN ingin penduduk tidak hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi juga subyek pembangunan. Pembangunan tak hanya masalah bangunan yang berbentuk fisik, tetapi pembangunan sumber daya manusia juga harus diperhatikan.

Selain itu, melalui perencanaan berkeluarga, BKKBN mendorong agar setiap keluarga yang ada Tidak Telalu Muda Hami. Tidak Terlalu Tua Hamil, Tidak Terlalu Rapat Jarak Anak dan Tidak Terlalu Sering Hamil (4 Terlalu). Dengan perencanaan berkeluarga yang matang, maka derajat kesehatan ibu dan anak bisa digapai setinggi-tingginya, kesejahteraan keluarga juga bisa membaik, juga tingkat pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. 

Dengan perencanaan yang baik, kualitas sumber daya manusia juga akan membaik dan siap untuk menghadapi isu-isu kependudukan di masa mendatang.

Ingat... Kalau Terencana, Semua Jadi Lebih Mudah.


----------------------

Sumber : 1 2 3 

0 comments:

Post a Comment