Monday, July 6, 2015

Muallaf Paling Terkenal di Dunia


Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Sedangkan dalam bahasa Arab, Mualaf artinya adalah orang yang berserah diri, tunduk dan pasrah. 

Seringkali kita mendengar kalau si fulan yang muallaf lebih pandai beribadah dan taat menjalani perintah-Nya dibandingkan si X yang dari lahir sudah menjadi Muslim. Hal tersebut kadang ada benarnya karena seseorang yang baru masuk Islam biasanya karena pilihan dan mendapat hidayah dari Allah SWT, Biasanya para Muallaf yang Islam karena Hidayah Allah SWT mereka akan selalu benar-benar mendalami ajaran Islam dan setelah melalui berbagai pengalaman spiritual yang luar biasa. Mereka benar-benar memikirkan bahkan membandingkan antar ajaran agama sampai mereka memutuskan bahwa hanya Islam lah agama yang benar di sisi Tuhan Yang Mahaesa.

Berikut aku bagikan kisah-kisah inspiratif tentang muallaf-muallaf yang paling terkenal di dunia. Terkenalnya mereka bukan karena sensasi tapi karena perjalanan, dedikasi, dan pengorbanannya terhadap Islam begitu luar biasa.

1. Bilal Philips

“Tidak ada waktu untuk liburan, ketika Anda menyadari betapa sedikit waktu yang ada dan betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk Islam”

Abu Ameena Bilal Philips atau yang bernama asli Dennis Bradly Philips merupakan seorang muallaf yang mendedikasikan dirinya dalam dunia pendidikan. Dilahirkan dikalangan keluarga penganut kristen yang kuat, pria berdarah Jamaika ini menghabiskan masa kecilnya di Kanada. Ketika masih kuliah, Bilal Phillips sempat tergila-gila dengan paham Marxis-Leninis. Akan tetapi karena kekecewaannya terhadap kelakuan para penganut paham ini, dia pun akhirnya meninggalkannya. Dia pun sempat tertarik dengan paham komunis sosialis, tetapi panggilan jiwanya yang merindukan ajaran hidup yang benar membuatnya lagi-lagi meninggalkan paham tersebut.

Kontak pertama Bilal sebenarnya terjadi ketika dia dan keluarganya pindah ke Malaysia. Sayangnya saat itu belum ada ketertarikan antara Bilal dengan Islam. Sampai akhirnya dia mendengar kabar tentang seorang mahasiswi yang menjadi Muslim ditempatnya berkuliah. Dari sanalah ketertarikan akan Islam mulai tumbuh. Dia pun mulai mempelajari Islam dan membaca banyak buku dan litelatur tentang Islam. Akhirnya pada tahun 1972, dia pun memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kecintaannya terhadap muslim memberinya kesempatan kepada pria ini menjelajah ke berbagai negara termasuk Malasyia dan Indonesia. Pada tahun 1990 an Bilal Philips bekerja di Departmen Agama di Arab Saudi. Kala itu Perang Teluk sedang berkecamuk. Saat tentara Amerika Serikat bermarkas disana, Bilal Philips terpilih untuk memberi materi seputar Islam kepada mereka. Hasilnya sekitar 3000 serdadu amerika menjadi muallaf karenanya.

2. Daniel Strech

“Islam menawarkan saya jawaban logis atas pertanyaan hidup yang penting. Pada akhirnya, saya tidak pernah menemukannya dalam agama Kristen

Daniel Strech adalah salah seorang anggota Partai Rakyat Swiss atau SPD di negara Swiss. Dia merupakan politikus terkenal karena sikapnya yang keras menentang pembangunan masjid di seluruh Swiss. Kemudian publik Swiss bersama dengan jutaan orang di dunia ini dikejutkan dengan seorang Daniel Streich, yang memimpin kampanye terakhir terhadap larangan membangun menara masjid di Swiss selama beberapa tahun terakhir, malah mengumumkan keislamannya di salah satu media Swiss. Ia menegaskan bahwa ia mengalami perubahan yang drastis setelah mengetahui nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.

Daniel berusaha mengerti dan mempelajari Al-Quran dan ajaran ajaran Islam dengan tujuan untuk melawan kaum muslim. Namun seperti kisah Umar bin Khattab yang dulu benci sekarang menjadi cinta Islam, usaha ini malah membuat Daniel mengakui kebenaran Al-Quran dan menjadi seorang muslim. Setelah menjadi muallaf, Daniel lepas dari partai sebelumnya dan memfokuskan kegiatannya berpartisipasi dalam pembangunan Partai Demokrat Konservatif. Gerakan ini memfokuskan diri dalam mentoleransi beragama, mempromosikan nilai nilai perdamaian dan kerjasama dalam kehidupan. Partai ini dipilihnya lantaran menawarkan kebijakan toleransi antar umat beragama. Iapun mulai aktif berkampanye soal Islam dan Muslim.

Yang menarik, ketika tokoh anti-menara masjid tak lagi bersuara lantang, jumlah pendukung keberadaan menara masjid mencapai 42,5 %. Memang masih kalah dengan persentase yang menolaknya, yakni 57,5 %. Namun, populasi Muslim di Swiss hanya 6 %. Artinya bila dikalkulasikan dari jumlah pendukung tentu suara Muslim tidak seberapa dan lebih banyak yang non Muslim yang mendukung pembangunan masjid di Swiss.

3. Suhaib Webb

"Tidak seperti sekarang, pada masa itu kami (masyarakat AS) berfikiran bahwa para Muslim adalah orang-orang yang benar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sesiapa yang ingin menjadi orang benar dan lurus, ia harus bergaul dengan Muslim"

Seorang DJ, anggota geng, perokok mariyuana, dengan rambut pirang, mata biru dan tinggi 1,9 m, bukanlah pilihan utama sebagai salah seorang imam ternama Amerika. Namun, masa lalunya yang tidak bisa dibilang baik menjadi bahasan menarik dalam ceramahnya untuk pemuda-pemudi Muslim yang merasa akrab dengan hidup Imam Suhaib William Webb.

Pada usia 14 krisis keyakinan terjadi pada diri Shuaib Webb yang menjelma dari ketidak percayaan pada agama yang dipeluknya. Ia menjadi disc jockey hop dan menjadi produser lokal yang sukses dan melakukan rekaman bersama sejumlah artis. Namun ditengah kesuksesannya itu ia tak merasa bahagia dan akhirnya menemukan Islam. Setelah menjadi muallaf Suhaib Webb meninggalkan karirnya dan mendalami ilmu-ilmu Islam. Al-Qur’an juga memiliki dampak dramatis pada keyakinannya. Ia ingat membaca terjemahan bahasa Inggris Al-Qur’an di toilet rumah agar ibunya, seorang Kristen taat, tidak tahu.

Pria asal Amerika ini juga kerap menjadi imam dan pemuka agama bagi komunitas-komunitas di seluruh penjuru amerika. Selain itu, pria yang berprofesi sebagai dosen dan aktivitis itu pernah menggalang dana 200 juta rupiah untuk janda dan pemadam kebakaran yang tewas dalam serangan. Atas aksinya tersebut pada tahun 2010, Royal Islamic Study center memasukkan namanya kedalam daftar 500 muslim paling berpengaruh di dunia.

4. Ingrid Mattson

 ''Allah adalah sesuatu yang tersembunyi. Tersembunyi dalam pantulan mata umat manusia. Tetapi, orang yang memiliki penglihatan dapat mengenali Tuhannya dengan melihat, mempelajari pengaruh dari kekuatan ciptaan-Nya.''

Tumbuh dan besar dalam lingkungan Kristen di Kitchener, Ontario, Kanada, di usianya yang ke 16 tahun, Ingrid justru memutuskan berhenti pergi ke gereja. Saat itu Ingrid sempat menjadi atheis alias tidak mempercayai Tuhan. Ingrid memilih fokus untuk menimba ilmu di Universitas Waterloo dan memilih jurusan Seni dan filsafat. Dan dari situ lah dirinya mengenal cahaya Islam.

Mattson terpesona dengan ketulusan dan martabat yang dia lihat dari diri teman-teman Muslimnya itu. Bahkan di saat para muslim tersebut menghadapi prasangka buruk di sekelilingnya. Hal itulah yang kemudian membawanya untuk mempelajari Al-quran.

Sejak saat itu, Mattson mulai menggali tentang ketuhanan dan kepribadian Muhammad melalui Alquran terjemahan. Yang membuatnya semakin tertarik dengan Islam adalah semua umat Muhammad SAW tidak hanya mengikutinya dalam hal beribadah, tetapi juga di dalam semua aspek kehidupan, mulai dari kebersihan diri sampai pada cara bersikap terhadap anak-anak dan tetangga.

Setelah menjadi muallaf tahun 1986, Ingrid pun langsung memutuskan menggunakan jilbab. Kemudian pada tahun 1987 ingrid memutuskan pergi ke Pakistan untuk menjadi relawan kemanusiaan. Setelah mendapatkan gelar doctoral di Universitas Chicago pada tahun 1999 ia terus aktif mendidik muslim Kanada untuk menjadi partisipan aktif dalam masyarakat. 

Pada tahun 2001 Mattson terpilih menjadi Wakil Presiden Islamic Society of North Amerika atau ISNA . Selama menjadi wakil, Mattson dinyatakan memiliki reputasi dan nilai yang sempurna. Hal itulah yang kemudian pada tahun 2006 menghantarkannya terpilih sebagai presiden wanita pertama dalam organisasi itu.  ISNA sepertinya tepat memilih Ingrid mattson sebagai orang nomor 1 sebagai pemimpin organisasi besar dan berpengaruh di amerika tersebut.

5. Abdullah Takazawa

"As I said, as i born i was already a Muslim. I am now 39 years old. For 35 years I was sleeping Muslim and then four years ago I woke up"

Nama aslinya adalah Taki Takazawa. Secara penampilan ia tampak seperti anggota mafia jepang atau yakuza. Yakuza merupakan kelompok mafia ternama di Jepang. Selama 20 tahun memang Takazawa berprofesi sebagai penato anggota geng paling ditakuti di negeri matahari terbit itu. Namun sekarang takazawa menjadi satu dari 5 imam masjid besar di negeri Sakura tersebut.

Berkenalannya dengan islam berawal ketika Takazawa melihat seorang kulit putih berjanggut di Syria. Orang berjanggut putih itu memberi selembar kertas dan menyuruhnya membaca kalimat yang tertera. Kalimat tersebut ternyata adalah kalimat syahadat. Pertemuan dengan orang tersebut membekas di benak Takazawa sehingga membuatnya penasaran akan  kalimat yang didapatnya tersebut. Terus menerus mencari jawaban, akhirnya Allah SWT menuntunnya kepada Islam. Apa yang dia cari selama hidupnya akhirnya dia temukan dalam Islam. Akhirnya dengan keyakinan yang teguh, dia pun menjadi muallaf.

Dua tahun setelah memeluk Islam, dia kembali bertemu dengan sosok yang telah memberinya kalimat syahadat dulu. Tokoh inspiratif yang telah membuatnya penasaran dengan Islam. Ternyata orang tersebut pernah menjadi imam di mesjid Nabawi dan Takazawa sangat bersyukur pernah bertemu dengannya.

Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Sehingga membuatnya  menjadi penasaran dan terus mencari jawaban atas rasa penasarannya itu. Allah menuntun jalannya, setelah banyak mencari akhirnya semua itu membawanya pada agama Islam. Apa yang  membuatnya penasaran selama ini di dapat solusinya dalam Islam. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk agama Islam.
Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. "Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya, - See more at: http://alluky.blogspot.com/2013/01/subhanallah-mantan-tukang-tato-yakuza.html#sthash.ygqMf7xJ.dpuf
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Sehingga membuatnya  menjadi penasaran dan terus mencari jawaban atas rasa penasarannya itu. Allah menuntun jalannya, setelah banyak mencari akhirnya semua itu membawanya pada agama Islam. Apa yang  membuatnya penasaran selama ini di dapat solusinya dalam Islam. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk agama Islam.
Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. "Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya, - See more at: http://alluky.blogspot.com/2013/01/subhanallah-mantan-tukang-tato-yakuza.html#sthash.ygqMf7xJ.dpuf
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Sehingga membuatnya  menjadi penasaran dan terus mencari jawaban atas rasa penasarannya itu. Allah menuntun jalannya, setelah banyak mencari akhirnya semua itu membawanya pada agama Islam. Apa yang  membuatnya penasaran selama ini di dapat solusinya dalam Islam. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk agama Islam.
Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. "Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya, - See more at: http://alluky.blogspot.com/2013/01/subhanallah-mantan-tukang-tato-yakuza.html#sthash.ygqMf7xJ.dpuf
6. Yusuf Estes

"Dengan tubuh saya terbaring di atas lapisan kayu dan kepala saya dalam sujud menyentuh tanah, saya memohon : 'Ya Tuhan, jika Engkau di sana, bimbing saya, bimbing saya.' Dan beberapa saat kemudian saya bangkit mengangkat kepala dan saya perhatikan sesuatu, Tidak, saya tidak melihat seekor burung atau malaikat datang dari langit atau mendengar suara dan musik, juga tidak melihat cahaya atau kilatan. Apa yang saya lihat adalah sebuah perubahan dalam diri saya" 

Yusuf Estes adalah seorang mantan Pendeta Kristen Katholik yang sangat giat dalam menyebarkan agama Katholik. Yusuf Estes terlahir dengan nama Joseph Estes dan di besarkan dalam lingkungan keluarga Katholik yang taat. Selain menjadi seorang pendeta, ia juga merupakan seorang musisi rohani yang giat memproduksi musik-musik rohani guna memberi keyakinan yang lebih mendalam bagi umat Katholik. Ia memiliki beberapa studio rekaman dan puluhan toko yang menjual peralatan musik. Jadi dapat di simpulkan Joseph Estes adalah seorang katholik yang taat dan kaya raya.

Setelah mengalami rangkaian cerita yang cukup panjang, pada tahun 1991 secara resmi ia masuk Islam dan berganti nama menjadi Yusuf Estes. Selang beberapa menit, istrinya pun dengan hati yang ikhlas mengikuti jejak suaminya dan di ikuti dengan ayahnya, anak-anaknya dan beberapa keluarga terdekatnya. 

Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.

Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. 

7. Malcolm X

''Saya melihat hal yang tidak pernah saya lihat selama 39 tahun hidup di Amerika Serikat. Saya melihat semua ras dan warna kulit bersaudara dan beribadah kepada satu Tuhan tanpa menyekutukannya"

Terlahir sebagai seorang kulit hitam, Malcolm X dimarginalkan karena masyarakat amerika masih sangat rasis saat itu. Malcolm X atau nama Muslim nya el-Hajj Malik el-Shabazz adalah seorang keturunan Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia. Malcolm adalah seorang siswa yang cerdas dan fokus. Namun, ketika seorang guru favorit Malcolm mengatakan impiannya menjadi pengacara adalah sesuatu yang mustahil bagi ras kulit hitam, ia kehilangan ketertarikannya pada sekolah. Ia berhenti sekolah di usia 15 tahun dan menghabiskan beberapa waktu di Boston, Massachusetts bekerja serabutan dan kemudian pergi ke Harlem, New York. 

Pada usia 20 tahun ia ditangkap dan dihukum atas tuduhan pencurian, dan Malcolm dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Namun, dari balik tembok penjara ini, dia justru menemukan apa yang dinamakan pencerahan diri, mulai dari membaca dan menulis di dalam penjara Chalestown State. Ketika di penjara, Ia sering mendapat kunjungan dari saudaranya, Hilda yang akhirnya memperkenalkan Malcolm pada ajaran Islam. Kemudian ia memutuskan untuk masuk Islam dan belajar pada pimpinan Islam sunni pada saat itu, Elijah Muhammad. Berkat Elijah ia memahami ketertindasan dan ketidakadilan yang menimpa ras hitam sepanjang sejarah. Sejak itulah Malcolm X menjadi seorang napi yang kutu buku mulai dari menekuni sastra, agama, bahasa, dan filsafat. 

Pada tahun 1964, setelah menunaikan ibadah haji, Malcolm X mendapatkan gambaran yang berbeda atas pandangannya selama ini. Apalagi, setelah berjumpa dengan kaum Muslimin dari seluruh dunia, dari berbagai ras, bangsa, dan warna kulit yang semua memuji Tuhan yang satu dan tidak saling membedakan.

Malcolm X pun mulai meninggalkan ideologi separatisme kulit hitamnya dan beralih ke ajaran Islam yang sesungguhnya. Ia juga mengganti namanya menjadi el-Hajj Malik el-Shabazz. Kendati berganti nama, Malcolm X jauh lebih populer ketimbang nama barunya. Malcolm menegaskan bahwa kaum Muslim kulit hitam berasal dari leluhur kaum Muslim yang sama. Perjalanan haji, ungkap dia, telah membuka cakrawala berpikirnya dengan menganugerahkan cara pandang baru selama dua pekan di Tanah Suci.

Pada 28 Juni 1964 mendirikan Organization of Afro-American Unity di New York. Melalui organisasi ini, ia menerbitkan Muhammad Speaks yang kini diganti menjadi Bilalian News. Namun, ia tak sempat lama menikmati usahanya dalam memperjuangkan Islam yang lebih baik lagi. Pada 21 Februari 1965, saat akan memberi ceramah di sebuah hotel di New York, Malcolm X tewas ditembak oleh tiga orang Afro-Amerika. Sebuah kelompok yang dia perjuangkan tentang nilai-nilai dan hak-hak warga kulit hitam. Tak ada yang tahu, apa motif di balik penembakan itu. Tapi, impian Malcolm X untuk menyebarkan visi anti-rasisme dan nilai-nilai Islam yang humanis hingga kini terbilang sangat berhasil.

-----------------------------------------------------------------------------------------

Sumber

0 comments:

Post a Comment